Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Anak Preschool dengan ISPA


ASUHAN KEPERAWATAN POLIOMILITIS

DEFINISI
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Klaasifikasi virus :
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1.      Brunhilde
2.      Lansing
3.      Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari

GEJALA KLINIS 
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
1.      Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
2.      Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
3.      Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
-          Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
-          Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
-          Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
-          Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

PATOFISIOLOGI
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
Ø  Medula spinalis terutama kornu anterior,
Ø  Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital,
Ø  Sereblum terutama inti-inti virmis,
Ø  Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,
Ø  Talamus dan hipotalamus,
Ø  Palidum dan
Ø  Korteks serebri, hanya daerah motorik.

PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Poliomielitis aboratif
• Diberikan analgetk dan sedative
• Diet adekuat
• Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang  
   berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.

2.      Poliomielitis non paralitik
• Sama seperti aborif
• Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat
   selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.

3.      Poliomielitis paralitik
• Perawatan dirumah sakit
• Istirahat total
• Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
• Fisioterafi
• Akupuntur
• Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi. Sesudah fase akut : Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

1.      Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2.      pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas
Ø  Kelemahan
Ø  Kelelahan
Ø  Kelumpuhan
2.      Eliminasi
Ø  Retensi urine
Ø  Sembelit
3.      Makanan dan Cairan
Ø  Berat badan menurun
Ø  Mual dan muntah
Ø  Kesulitan menelan
4.      Peka terhadap rangsang
Ø  Cenderung tidur
Ø  Letargi
Ø  Asteriksis
5.      Nyeri / Kenyamanan
Ø  Turun naik suasana hati
Ø  Nyeri dan kejang otot
Ø  Sakit kepala
Ø  Gatal ( pruritus )
Ø  Kesulitan bernafas
6.      Keamanan
Ø  Demam
Ø  Sensasi yang abnormal


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

INTERVENSI
Diagnosa 1 :
1.      Pantau pola makan anak. R/Mengetahui intake dan output anak
2.      Berikan makanan secara adekuat R/Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3.      Timbang berat badan R/Mengetahui perkembangan anak
4.      Berikan makanan kesukaan anak R/Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
5.      Berikan makanan tapi sering R/Mempermudah proses pencernaan

Diagnosa 2 :
1.      Pantau suhu tubuh. R/Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.      Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres. R/Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3.      Hindari mengigil
4.      Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit. R/Dapat membantu mengurangi demam
Diagnosa 3 :
1.      Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2.      Auskultasi bunyi nafas R/Mengetahui adanya bunyi tambahan
3.      Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler. R/Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4.      Berikan tambahan oksigen. R/Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Diagnosa 4 :
1.      Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri .R/Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2.      Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri. R/Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
3.      Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4.      Berikan analgesic sesuai indikasi.
Diagnosa 5 :
1.      Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2.      Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada) R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3.      Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat. R/Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
4.      Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman R/Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Diagnosa 6 :
1.      Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang,
parah).R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2.      Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya. R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga. R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
3.      Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan
lancar”. R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau
kejujuran.

IMPLEMENTASI
1.      Memantau pola makan anak untuk mengetahui intake dan output anak
2.      Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3.      Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4.      Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak
5.      Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6.      Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan

EVALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan nutrisi dari kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik/terkontrol.














DAFTAR PUSTAKA
WHO-SEARO. Poliomyelitis surveillance : weekly report 2001. SEAR Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI. Pekan Imunisasi Nasional 2002.
Materi Informasi dan Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.
Laporan akhir peneltian serologis poliomyelitis
setelah PIN II di daerah terpencil. 1998.
WHO-SEARO. Polio Laboratory Manual. Department of Vaccines and Biologicals.2001.
Gendrowahyuhono. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap pembentukan antibody anak setelah pemberian vaksinasi oral. Maj. Kes. Masy. Indon. No.4/2000: 214- 8.
Cermin Dunia Kedokteran No. 148, 2005








ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

ETIOLOGI
Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
Fekal-
oral
Kepa-
rahan
Tak ikterik dan asimto- matik
Parah
Menyebar luas, dapat berkem-
bang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva
1.      Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
2.      Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

TANDA DAN GEJALA
1.      Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2.      Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3.      Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.      Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium
a.      Pemeriksaan pigmen
ü  urobilirubin direk
ü  bilirubun serum total
ü  bilirubin urine
ü  urobilinogen urine
ü  urobilinogen feses
b.      b.Pemeriksaan protein
ü  protein totel serum
ü  albumin serum
ü  globulin serum
ü  HbsAG
ü  Waktu protombin
ü  respon waktu protombin terhadap vitamin K
c.       Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
ü  AST atau SGOT
ü  ALT atau SGPT
ü  LDH
ü  Amonia serum
Radiologi
a.      foto rontgen abdomen
b.      pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
Radioaktif
a.      kolestogram dan kalangiogram
b.      arteriografi pembuluh darah seliaka
Pemeriksaan tambahan
a.      laparoskopi
b.      biopsi hati
KOMPLIKASI
           Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
























DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses
proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta









ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT CAMPAK
PENGERTIAN
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443). Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95).
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451). Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153).
ETIOLOGI
          Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
a.      Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
b.      Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198) 
c.       Metode penyebaran sekresi nasopharingeal. (Smeltzer, 1992:1895)
d.      Virus morbili terdapat dalam serkret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer, 200:417)
e.      Penyakit campak disebabkan oleh morbili ditularkan melalui secret pernafasan atau udara. 
f.        Timbulnya wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan pendidikan, ekonomi, pengasuhan anak dan poling dominan adalah faktor persepsi. 
g.      Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus campak menyerang dan memperbanyak diri diselaput lendir saluran pernafasan bagian atas, masuk ke peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Penyakit campak tidak ada obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat menaklukkan penyakit campak. 
h.      Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat dan juga menimbulkan kecacatan atau kematian yaitu virus morbili berat ringannya tergantung imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi morbili dan tergantung pada keadaan ekonomi, gizi kurang. 
(www.geocities.com) 
i.        Biasanya campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, tetapi orang-orang yang belum pernah terkena penyakit ini dapat juga diserang berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)
PATOFISIOLOGI
          Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
MANIFESTASI KLINIS
a.      Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
b.      Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang montal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. 
c.       Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.      Gambaran klinis yang khas
2.      Pemeriksaan laboratorium
3.      Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4.      Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas
5.      Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)
KOMPLIKASI
a.      Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b.      Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c.       Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
d.      Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
e.      Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)
f.        TB Paru
Penyakit traktus respiratorius (Halim, 2000 : 17)



PENATALAKSANAAN
a.    Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
b.    Keperawatan
1.      Kebutuhan nutrisi
Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit tapi sering.
Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2.      Gangguan suhu tubuh
Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau eksantem (campaknya keluar).
Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3.      Gangguan rasa aman dan nyaman
Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
Di lap muka, tangan, dan kaki.
Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine.
4.      Risiko terjadi komplikasi
Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5.      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit 
Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
6.      Pencegahan 
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika tidak divaksinasi, anak akan terkena campak, gamma globulin diberikan setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah penyakit ini. (Thomson, 1995 : 884).







Tidak ada komentar: