ASUHAN
KEPERAWATAN POLIOMILITIS
DEFINISI
Poliomilitis adalah penyakit
menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior
massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat
kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi
otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Klaasifikasi virus :
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan
Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan
didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
GEJALA KLINIS
Poliomielitis terbagi menjadi
empat bagian yaitu :
Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi
7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
1. Poliomielitis abortif : Timbul
mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi
virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
2. Poliomielitis non paralitik :
Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala,
nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2
dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin
disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
3. Poliomielitis paralitik : Gejala
sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya
antara lain :
-
Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher,
abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
-
Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau
tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
-
Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bentuk bulbar.
-
Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,
tremor dan kadang kejang.
PATOFISIOLOGI
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
Ø Medula spinalis terutama kornu
anterior,
Ø Batang otak pada nucleus
vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang
mengandung pusat vital,
Ø Sereblum terutama inti-inti
virmis,
Ø Otak tengah “midbrain” terutama
masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,
Ø Talamus dan hipotalamus,
Ø Palidum dan
Ø Korteks serebri, hanya daerah
motorik.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Poliomielitis aboratif
• Diberikan
analgetk dan sedative
•
Diet adekuat
•
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas
yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa
neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
•
Sama seperti aborif
•
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres
hangat
selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
•
Perawatan dirumah sakit
• Istirahat
total
•
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
•
Fisioterafi
•
Akupuntur
•
Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak
perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika
tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu
perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri
otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan
pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap
tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus
ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi. Sesudah fase akut : Kontraktur.atropi,dan
attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari
demam hilang.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
Riwayat
pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
1. Aktivitas
Ø Kelemahan
Ø Kelelahan
Ø Kelumpuhan
2. Eliminasi
Ø Retensi urine
Ø Sembelit
3. Makanan dan Cairan
Ø Berat badan menurun
Ø Mual dan muntah
Ø Kesulitan menelan
4. Peka terhadap
rangsang
Ø Cenderung tidur
Ø Letargi
Ø Asteriksis
5. Nyeri / Kenyamanan
Ø Turun naik suasana
hati
Ø Nyeri dan kejang
otot
Ø Sakit kepala
Ø Gatal ( pruritus )
Ø Kesulitan bernafas
6. Keamanan
Ø Demam
Ø Sensasi yang
abnormal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola
nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang
menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d
paralysis
6. Kecemasan pada anak dan
keluarga b/d kondisi penyakit.
INTERVENSI
Diagnosa 1 :
1. Pantau pola makan anak. R/Mengetahui
intake dan output anak
2. Berikan makanan secara adekuat R/Untuk
mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3. Timbang berat badan R/Mengetahui
perkembangan anak
4. Berikan makanan kesukaan anak R/Menambah
masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
5. Berikan makanan tapi sering R/Mempermudah
proses pencernaan
Diagnosa 2 :
1. Pantau suhu tubuh. R/Untuk
mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. Jangan pernah menggunakan usapan
alcohol saat mandi/kompres. R/Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. Hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30
menit. R/Dapat membantu mengurangi demam
Diagnosa 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan
kedalaman. R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah
komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas R/Mengetahui
adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur,
letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler. R/Merangsang fungsi
pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen. R/Meningkatkan
pengiriman oksigen ke paru
Diagnosa 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis
untuk membantu anak mengatasi nyeri .R/Theknik-theknik seperti relaksasi,
pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di
toleransi
2. Ajarkan anak untuk menggunakan
strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri. R/Pendekatan ini tampak paling
efektif pada nyeri ringan
3. Minta orang tua membantu anak
dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4. Berikan analgesic sesuai
indikasi.
Diagnosa 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan
fisik anak R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi
program rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan
(kelelahan yang ada) R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan
anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat. R/Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
pemasukan makanan yang tidak adekuat. R/Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan
mobilisasi secara aman R/Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan
efektifan anak untuk berjalan.
Diagnosa 6 :
1. Pantau tingkat realita bahaya
bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang,
parah).R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
parah).R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2. Nyatakan retalita dan situasi
seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya. R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga. R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
yang dipercaya. R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga. R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
3. Hidari harapan –harapan kosong
mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan
lancar”. R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau
kejujuran.
lancar”. R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau
kejujuran.
IMPLEMENTASI
1. Memantau pola makan anak untuk
mengetahui intake dan output anak
2. Memberikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3. Berikan nutrisi kalori, protein,
vitamin dan mineral.
4. Menimbang berat badan mengetahui
perkembangan anak
5. Memberikan makanan kesukaan anak
menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Memberikan makanan tapi sering
mempermudah proses pencernaan
EVALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan
nutrisi dari kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik/terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
WHO-SEARO. Poliomyelitis
surveillance : weekly report 2001. SEAR Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI. Pekan Imunisasi
Nasional 2002.
Materi Informasi dan Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.
Laporan akhir peneltian serologis poliomyelitis
setelah PIN II di daerah terpencil. 1998.
WHO-SEARO. Polio Laboratory Manual. Department of
Vaccines and Biologicals.2001.
Gendrowahyuhono. Pengaruh sanitasi lingkungan
terhadap pembentukan antibody anak setelah pemberian vaksinasi oral. Maj. Kes.
Masy. Indon. No.4/2000: 214- 8.
Cermin Dunia Kedokteran
No. 148, 2005
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
DEFINISI
Hepatitis adalah
suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
ETIOLOGI
Type A
|
Type B
|
Type C
|
Type D
|
Type E
|
|
Metode transmisi
|
Fekal-oral melalui orang lain
|
Parenteral seksual, perinatal
|
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
|
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
|
Fekal-
oral
|
Kepa-
rahan
|
Tak ikterik dan asimto- matik
|
Parah
|
Menyebar luas, dapat berkem-
bang sampai kronis
|
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar
akut
|
Sama dengan D
|
Sumber virus
|
Darah, feces, saliva
|
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
|
Terutama melalui darah
|
Melalui darah
|
Darah, feces, saliva
|
1. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
2. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas
Virus A : 15-45
hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180
hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non
B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya
tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.
Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas
(ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar
39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna
seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat
menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas
dan lekas capai.
PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan
bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan
sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan
dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine
dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
ü urobilirubin direk
ü bilirubun serum
total
ü bilirubin urine
ü urobilinogen urine
ü urobilinogen feses
b. b.Pemeriksaan
protein
ü protein totel serum
ü albumin serum
ü globulin serum
ü HbsAG
ü Waktu protombin
ü respon waktu
protombin terhadap vitamin K
c. Pemeriksaan serum
transferase dan transaminase
ü AST atau SGOT
ü ALT atau SGPT
ü LDH
ü Amonia serum
Radiologi
a. foto rontgen
abdomen
b. pemindahan hati
denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
Radioaktif
a. kolestogram dan
kalangiogram
b. arteriografi
pembuluh darah seliaka
Pemeriksaan
tambahan
a. laparoskopi
b. biopsi hati
KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk
Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses
proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta,
EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa
Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid
I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
CAMPAK
PENGERTIAN
Morbili ialah penyakit infeksi
virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi,
stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90).
Campak adalah organisme yang
sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi
pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443).
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus
akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95).
Campak adalah demam eksantematosa
akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam
kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451). Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut
melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler
confluent. (N. Clex, 2001:153).
ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
a. Penyebab morbili adalah virus morbili yang
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak
(Ngastiyah, 1997:351)
b. Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk
famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja;
yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan
air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat
setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap
aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198)
c. Metode penyebaran sekresi nasopharingeal.
(Smeltzer, 1992:1895)
d. Virus morbili terdapat dalam serkret
nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak
di kulit. (Mansjoer, 200:417)
e. Penyakit campak disebabkan oleh morbili
ditularkan melalui secret pernafasan atau udara.
f.
Timbulnya
wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan pendidikan,
ekonomi, pengasuhan anak dan poling dominan adalah faktor persepsi.
g. Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus
campak menyerang dan memperbanyak diri diselaput lendir saluran pernafasan
bagian atas, masuk ke peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Penyakit
campak tidak ada obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat
menaklukkan penyakit campak.
h. Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat
dan juga menimbulkan kecacatan atau kematian yaitu virus morbili berat
ringannya tergantung imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi
morbili dan tergantung pada keadaan ekonomi, gizi kurang.
(www.geocities.com)
(www.geocities.com)
i.
Biasanya
campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, tetapi
orang-orang yang belum pernah terkena penyakit ini dapat juga diserang
berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)
PATOFISIOLOGI
Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
MANIFESTASI
KLINIS
a. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5
hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul
enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang
terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula
disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang montal.
Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
c. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002
: 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke
wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata
berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang
dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan
apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan
leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine
dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas
5.
Pada
pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3
hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Rampengan, 1997 : 94)
KOMPLIKASI
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai
dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah
streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan
insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak,
aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
e. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang
(Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)
f.
TB Paru
Penyakit traktus respiratorius (Halim, 2000 :
17)
PENATALAKSANAAN
a. Medis
Pengobatan
simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi
Mengusahakan
cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
Pemberian
saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau
lainnya yang anak sukai.
Susu
dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila
perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
Berikan
makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit
tapi sering.
Berikan
makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2. Gangguan suhu tubuh
Beri
obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau
eksantem (campaknya keluar).
Beri
obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga
diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman
Beri
bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
Usahakan
agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
Selama
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
Di
lap muka, tangan, dan kaki.
Jika
suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau
air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau
bethadine.
4. Risiko terjadi komplikasi
Diubah
sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
Jangan
membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama
masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
Penyuluhan
pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak
akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
6.
Pencegahan
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika tidak divaksinasi, anak akan terkena campak, gamma globulin diberikan setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah penyakit ini. (Thomson, 1995 : 884).
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika tidak divaksinasi, anak akan terkena campak, gamma globulin diberikan setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah penyakit ini. (Thomson, 1995 : 884).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar