BAB I
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi.
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala
prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak
merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan
mengelupas.
B.
Etiologi
Penyebabnya sejenis virus yang tergolong dalam family Paramixovirus, yaitu
genus virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama
prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularannya adalah
dengan droplet dan kontak langsung.
C.
Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berklembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala
pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala
patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan
dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi.
Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
D.
Manifestasi Klinis
1.
Masa tunas 10 – 20 hari tanpa gejala.
2.
Stadium kabaral / prodormal.
Berlangsung 4 – 5 hari
disertai panas, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, bercak koplik
coryza.
3.
Stadium erupsi.
Berlangsung 2 – 3 hari
setelah stadium prodormal. Timbul enantema pada palatum mole, pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula, splenomegali, adanya ras makulo
papous pada seluruh tubuh dan panas tinggi serta biasanya terjadi black
measles
4.
Stadium konvalesensi (penyembuhan).
Erupsi berkurang
meninggalkan hiperpigmentasi yang akan menghilang sendiri serta suhu menurun
sampai menjadi normal.
E. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang
berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan
tubuh sebagai akibat penyakit Campak.
Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak :
1)
Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2)
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah
trombosit), sehingga penderta
3)
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
4)
Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari
1,000-2.000 kasus.
5)
Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
6)
Kejang demam (step)
7)
Otitis Media (infeksi telinga)
8)
Diare
9)
Laringitis (infeksi laring)
F. Pencegahan
1.
Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari
penyakit campak adalah dengan memberikan imunisasi campak. Jika setelah
mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka perjalanan penyakit akan jauh
lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur 9 bulan. Bisa
pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella), biasanya
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas
2.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan
anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan
adanya leukopeni.
2.
Dalam sputum, sekresi nasal, sediment
urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.
3.
Pada pemeriksaan serologi dengan cara
hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan
adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.
H.
Penatalaksanaan Terapi
Morbili merupakan suatu penyakit self – limiting, sehingga pengobatannya
hanya bersifat symtomatik, yaitu:
1)
Memperbaiki keadaan umum.
2)
Antipiretika bila suhu tinggi.
3)
Seldativum.
4)
Obat batuk.
Antibiotic diberikan
bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan
kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:
1)
Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3
– 4 hari.
2)
Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka
waktu 1 minggu.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata
1)
Anak yang sakit.
2)
Orang tua.
2.
Riwayat kesehatan
1)
Keluhan utama.
2)
RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise,
dll).
3)
Riwayat kesehatan lalu.
4)
Riwayat kesehatan keluarga.
5)
Riwayat kehamilan (anak yang sakit).
ANG…..x, imunisasi……x, ada kelainan / tidak.
6)
Riwayat imunisasi (bayi dan anak).
7)
Riwayat nutrisi.
8)
Riwayat tumbuh kembang.
3.
Pola aktivitas sehari-hari
1)
Nutrisi / minum
2)
Tidur / istirahat
3)
Kebersihan
4)
Eliminasi
4.
Pemeriksaan fisik
1)
K/U lemah
2)
TTV (suhu di atas 38oC)
3)
Pemeriksaan mulai dari kepala –
musculoskeletal termasuk neurology.
5.
Pemeriksaan penunjang
1)
Pemeriksaan darah
2)
Pemeriksaan sel giant
3)
Pemeriksaan serologis
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2.
Ganguan peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan infeksi virus.
3.
Gangguan rasa aman dan nyaman
berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit,
kadang-kadang muntah dan gatal.
4.
Resiko terjadi komplikasi berhubungan
dengan daya tahan tubuh yang menurun.
5.
Kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit.
C.
Intervensi Dan Rasional
DX I:
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria :
1)
Menunjukkan peningkatan berat badan
menuju tujuan peningkatan yang tepat.
2)
Menunjukkan perilaku / perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
1)
Berikan banyak minum (sari buah-buahan,
sirup yang tidak memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya
peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan
2)
Berikan susu porsi sedikit tetapi sering
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam
keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
melalui cairan bernutrisi.
3)
Berikan makanan lunak, misalnya bubur
yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir
tetapi dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan mencerna
makanan dan meningkatkan asupan makanan.
4)
Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah
turun dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh setelah sakit.
DX II :
Ganguan peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
Kriteria :
1)
Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu
tubuh mencapai normal.
2)
Pasien menunjukkan tidak adanya
komplikasi.
Intervensi keperawatan:
1)
Memberikan kompres dingin / hangat
Rasional : untuk membantu dalam penurunan
suhsu tubuh pada pasien.
2)
Kolaborasi medis untuk pemberian terapi
antipiretikum
Rasional : antipiretikum bekerja untuk
menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
3)
Pantau suhu lingkungan, batasi /
tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut
harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
DX III :
Gangguan rasa aman dan
nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa
pahit, kadang-kadang muntah dan gatal.
Kriteria :
1)
Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak
merasa gatal lagi.
2)
Badan kelihatan segar dan tidak merasa
pusing.
Intervensi keperawatan:
1)
Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil
1% atau lainnya atas resep dokter.
Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi
rasa gatal pada tubuh anak.
2)
Menghindari anak tidak tidur di bawah
lampu karena silau dan membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang
membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.
3)
Selama demam masih tinggi tidak boleh
dimandikan dan sering-sering dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat
rasa nyaman pasa pasien.
4)
Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi
gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan
bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi
gatal dan menambah rasa nyaman.
DX IV :
Resiko terjadi
komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
Kriteria :
1)
Pasien menunjukkan peningkatan kondisi
tubuh.
2)
Daya tahan tubuh optimal tidak
menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
1)
Mengubah sikap baring anak beberapa kali
sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepalanya.
Rasional : meninggikan posisi kepala dapat
memberikan sirkulasi udara dalam paru.
2)
Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
3)
Menghindarkan membaringkan pasien di
depan jendela atau membawanya keluar selama masih demam.
Rasional : menghindarkan anak terkena angin
dan menambah suhu tubuh.
DX V :
Kurangnya pengetahuan
orang tua tentang penyakit.
Kriteria :
1)
Orang tua menunjukkan mengerti tetang
proses penyakit.
2)
Orang tua mengerti bagaimana pencegahan
dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Intervensi keperawatan:
1)
Memberikan penyuluhan tentang pemberian
gizi yang baik bagi anak, terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada
orang tua.
2)
Menjelaskan pada orang tua tentang
morbili tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan
gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada
orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.
Daftar Pustaka
Parwati SB. Campak
dalam perspektif perkembangan imunisasi dan diagnosis Pediatri pencegahan
mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.
A.H. Markum.1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. jilid I.
Penerbit FKUI
Ngastiyah. 997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: EGC.
Price & Wilson .1995. Patofisologi-Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Buku 1, Ed.4. Jakarta :EGC.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta
:EGC.
Suriadi,Yuliani,R.2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta:PT
Fajar Interpratama.
Wong,D.L.2004.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,
edisi 4. Jakarta:EGC.
www.embrinita.worldpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar