Powered By Blogger

Senin, 07 Mei 2012

ASKEP GASTROENTRITIS


BAB I
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian.
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996). Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya  (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau
keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B.     Etiologi
1.    Faktor Infeksi
1)    Infeksi Virus
a.     Retavirus
a)    Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
b)    Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
c)     Dapat ditemukan demam atau muntah.
d)    Di dapatkan penurunan HCC.
b.     Enterovirus
a)    Biasanya timbul pada musim panas.
c.     Adenovirus
a)    Timbul sepanjang tahun.
b)    Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d.     Norwalk
a)    Epidemik
b)    Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2)    Bakteri
a.     Stigella
a)    Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
b)    Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
c)     Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
d)    Muntah yang tidak menonjol
e)     Sel polos dalam feses
f)     Sel batang dalam darah
b.     Salmonella
a)    Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
b)    Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
c)     Mungkin ada peningkatan temperatur
d)    Muntah tidak menonjol
e)     Sel polos dalam feses
f)     Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
g)     Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c.     Escherichia coli
a)    Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin.
b)    Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d.     Campylobacter
a)    Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
b)    Kram abdomen yang hebat.
c)     Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e.     Yersinia Enterecolitica
a)    Feses mukosa
b)    Sering didapatkan sel polos pada feses.
c)     Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
d)    Diare selama 1-2 minggu.
e)     Sering menyerupai apendicitis.
2.    Faktor Non Infeksiosus
1)    Malabsorbsi
a.     Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b.     Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
c.     Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
2)    Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
3)    Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.
C.    Patofisiologi.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.  Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
D.    Gejala Klinis
1.    Diare.
2.    Muntah.
3.    Demam.
4.    Nyeri Abdomen
5.    Membran mukosa mulut dan bibir kering
6.    Fontanel Cekung
7.    Kehilangan berat badan
8.    Tidak nafsu makan
9.    Lemah
E.     Komplikasi
1.    Dehidrasi
2.    Renjatan hipovolemik
3.    Kejang
4.    Bakterimia
5.    Mal nutrisi
6.    Hipoglikemia
7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2.    Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3.    Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,otot-otot kaku sampai sianosis.

F.     Penatalaksanaan Medis
1.    Pemberian cairan.
a.    cairan per oral.
ada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b.    Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
2.    Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a.    Memberikan asi.
b.    Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan  yang bersih.
3.    Obat-obatan.
G.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan laboratorium.
2.    Pemeriksaan tinja.
3.    Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4.    Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5.    pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

H.    Pencegahan
Biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan maupun sesudah buang air besar. Masaklah makanan dengan baik dan benar.




























BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1.    Identitas klien
2.    Riwayat keperawatan
a.    Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare
b.    Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala  dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3.    Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
4.    Riwayat psikososial keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5.    Kebutuhan dasar.
a.    Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang
b.    Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien
c.    Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman
d.   Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e.    Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6.    Pemerikasaan fisik
a.    Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat
b.    Pemeriksaan sistematik :
·      Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
·      Perkusi : adanya distensi abdomen.
·      Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
·      Auskultasi : terdengarnya bising usus
c.    Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
d.   Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
B.     Diagnosa Keperwatan
1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairanyang berlebihan.
2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
6.    Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.


C.    Intervensi
1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan:
a.    Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil:
a.    Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
b.    mukosa mulut dan bibir lembab
c.    balan cairan seimbang
Intervensi:
a.    Observasi tanda-tanda vital
b.    Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan)
c.    Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari
d.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab elektrolit
e.    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah
Tujuan:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil:
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,muntah tidak ada.
Intervensi:
a.    Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
b.    Timbang berat badan klien
c.    Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
d.   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi)
e.    Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
f.     Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
a.    Ganti popok anak jika basah.
b.    Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. Beri zalp seperti zinc oxsida
c.    bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi
d.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hiilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a.    tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri
b.    Atur posisi yang nyaman bagi klien
c.    Beri kompres hangat pada daerah abdomen
d.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang   penyakit,prognosis dan pengobatan.
Tujuan:
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

Intervensi :
a.    Kaji tingkat pendidikan keluarga klien
b.    Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c.    elaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes
d.   Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya
e.    Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
6.    Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi:
a.    Kaji tingkat kecemasan klien
b.    Kaji faktor pencetus cemas
c.    Buat jadwal kontak dengan klien
d.   Kaji hal yangdisukai klien
e.    Berikan mainan sesuai kesukaan klien
f.     Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
g.    Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.
D.    Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
E.     Evaluasi.
1.    Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan
2.    Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh
3.    Integritas kulit kembali noprmal
4.    Rasa nyaman terpenuhi
5.    Pengetahuan kelurga meningkat
6.    Cemas pada klien teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

Caine, Randy Marion, 1987, Nursing Care Planning Guides For Adult, USA Baltimore: William & Wilkins.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar: