LAPORAN
PENDAHULUAN
‘DEMAM
BERDARAH DENGUE’
A.
PENGERTIAN
Penyakit
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus.
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang banyak
ditemukan di daerah tropis. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue secara
geografis mirip dengan penyebaran penyakit malaria. Demam dengue umumnya
menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun.
B.
ETIOLOGI
Virus
dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue
1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan
dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus
dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C.
Setiap
serotype memiliki perbedaan sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah
tersebar atau ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue .
Karena
seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit
Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau
Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Penyebab
demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia
dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
C.
TANDA
dan GEJALA
Penyakit
ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi (mialgia), sakit pada otot (artralgia) dan ruam; ruam
demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul
dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain
itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah
atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu
disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus
segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3
hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Demam
berdarah umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet
akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Sesudah
masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :




D.
PATOFISIOLOGI
Virus
dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh,
karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada
sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati, dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah
kulit.
Fenomena
fatofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotinin serta aktivasi sistem kalikten yang
berakibat mengurangnya volume palsma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.Plasma merembes selama perjalanan penyakit
mulai dari saat-saat permulaan demam dan mencapai puncaknyapada saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih
dari 30%.
Adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada
autopoi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui
infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.
Renjatan
yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan
kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang,
menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin
disebabkan mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada
DBD adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DBD umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.
E.
GAMBARAN
KLINIS
Gambaran
klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang sedang seperti DB
sampai DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan serta kecenderungan
terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15
hari, rata-rata 5-8 hari.
Pada DB, suhu meningkat tiba-tiba disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Otot-otot di sekitar mata terasa pegal. Eksamtem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam terlihat jelas pada muka dan dada, berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien. Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula-makula besar, yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak petekia pada dasarnya, kemudian menjalar cepat ke seluruh tubuh. Pada saar suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang teras gatal.
Pada DB, suhu meningkat tiba-tiba disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Otot-otot di sekitar mata terasa pegal. Eksamtem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam terlihat jelas pada muka dan dada, berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien. Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula-makula besar, yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak petekia pada dasarnya, kemudian menjalar cepat ke seluruh tubuh. Pada saar suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang teras gatal.
Lidah
sering kotor dan kadang kala pasien sukar buang air besar. Terkadang dapat
diraba pembesaran kelenjar yang konsistensinya lunak dan tak nyeri. Pada pasien
DBD, gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan nyeri
tekan, tetapi pembesaran hati tidak sesuai dengan beratnya penyakit.
F.
DERAJAT
DBD
Derajat demam berdarah
dengue terbagi atas:
1.
Derajat
I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain
dan manifestasi perdarahan ringan, tourniquet positif.
2.
Derajat
II (sedang)
Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
3.
Derajat III
Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
4.
Derajat
IV
Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan
nadi yang tak terukur.
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Klinik
·
Demam
mendadak, terus-menerus 2-7 hari.
·
Manifestasi perdarahan baik melalui uji
tourniquet maupun perdarahan spontan pada kulit (petekie, ekimosis, memar)
dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
melena.
·
Hepatomegali
·
Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak
teraba, tekanan darah menyempit (<20mmHg) atat hipotensi (<80mmHg) sampai
tak terukur, kulit dingin, lembab dan malaise.
1.
Laboratorium
Trombositopenia : Trombosit 20% atau meningkat
progresif pada pemeriksaan periodik.
3. Pemeriksaan penunjang
·
Foto
toraks lateral dekubitus kanan, Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
·
Darah
rutin; Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)
·
Waktu
perdarahan, Menggunakan cara WY (N=1-7 menit.
H.
PENATALAKSANAAN
Setiap
pasien tersangka DB atau DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien
lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk.
Penatalaksanaannya
adalah:
1.
Tirah baring
2.
Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak
1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)
3.
Medikamentosa yang bersifat simtomatis
4.
Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
5.
Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan yaitu:
a. Keadaan umum memburuk
b. Hati makin membesar
c. Masa perdarahan memanjang
d. Hematokrit meninggi pada
pemeriksaan berkala.
Terapi untuk pengganti cairan yaitu:
a)
DBD
tanpa renjatan
·
Minum
banyak 11/2 liter perhari
·
Cairan
intravena bila :
·
Penderita
muntah-muntah terus
·
Intake
tidak terjamin
·
Pemeriksaan
berkala Hmt cenderung meningkat terus.
Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
b)
DBD
dengan renjatan
·
Derajat
IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba serta tensi
terukur, biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.
·
Derajat
III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah
renajatan teratasi:
·
Tekanan
sistol > 80mmHg
·
Nadi
jelas terasa
·
Amplitudo
nadi cukup besar.
·
Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama
4-6 jam. Bila keadaan umum baik, jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis
RL: Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan.
I.
PENCEGAHAN
Untuk
memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai
saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas
karena sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya
maksimal 100 meter. Tetapi karena vektor tersebut luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage agar nyamuk tak dapat berkembang biak
lagi.
Cara
pemberantasan vektor:
1.
Menggunakan
insektisida
Yang lazim dipakai adalah malathion untuk membunuh
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik. Cara penggunaan
malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold
fogging).
2.
Tanpa
insektisida




ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DBD
1.
Pengkajian
a. Identitas
DBD merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati,
mual dan nafsu makan menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan
nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet
positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2.
Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi virus dengue.
b) Resiko defisit cairan berhubungan
dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
c) Resiko syok hypovolemik berhubungan
dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
d) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang
tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
e) Resiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
f) Kecemasan orang tua berhubungan
dengan kondisi anak.
g) Kurang pengetahuan keluarga tentang
penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
1. DP 1 : Hipertermie berhubungan
dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan :
Suhu tubuh normal
Kriteria :
·
Suhu tubuh antara 36 – 37
·
Nyeri otot hilang
Intervensi :
·
Kaji suhu tubuh pasien. Rasional : mengetahui peningkatan
suhu tubuh, memudahkan intervensi
·
Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan
pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
·
Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari
(sesuai toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
evaporasi.
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
·
Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi. Rasional : Mendeteksi
dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
·
Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
2. DP 2 : Resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria
:
·
Input dan output seimbang
·
Vital sign dalam batas normal
·
Tidak ada tanda presyok
·
Akral hangat
·
Capilarry refill < 2 detik
Intervensi
:
·
Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi. Rasional :
Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
·
Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan
sirkulasi perifer
·
Observasi intake dan output. Catat warna urine /
konsentrasi, BJ. Rasional: Penurunan
haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
·
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi
). Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
·
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Dapat
meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.
3. DP 3 : Resiko Syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :
·
Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
·
Monitor keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor
kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
·
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional :
Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
·
Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan
segera laporkan jika terjadi perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan
keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang
cepat dan tepat dapat segera diberikan.
·
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan
intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
·
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit. Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
4. DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan
:
Tidak
terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria :
·
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
·
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
·
Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional :
Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
·
Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional :
Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
·
Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara
waktu makan. Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
·
Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan
nafsu makan dan masukan peroral
·
Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional
: Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
5. DP 5 : Resiko terjadi perdarahan
berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
·
TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
·
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit
meningkat.
Intervensi :
·
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda
klinis. Rasional: Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh
darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti
epistaksis, ptike.
·
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional
: Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
·
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk
melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini
bila terjadi perdarahan.
·
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang
lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
·
Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari. Rasional : Dengan
trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh
darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
6. DP 6 : Kecemasan orangtua
berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan :
Ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria :
·
Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara
fisik.
·
Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi :
·
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional :
memudahkan intervensi.
·
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi
ansietas di masa lalu. Rasional: mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
·
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan. Rasional: pendekatan dan motivasi membantu
pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
·
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada
saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional
: alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
·
Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya
dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi
keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Rasional
: menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
·
Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien
dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. Rasional :
meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
·
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. Rasional :
mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
7. DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan :
Orang tua mengutarakan pemahaman
tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria :
·
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
dari suatu tindakan.
·
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Intervensi :
·
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya. Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakitnya.
·
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang
penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi
rasa cemas.
·
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan
nya. Rasional: diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
·
Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan
lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan / demonstrasikan teknik
perawatan diri dan lingkungan klien. Rasional: perawatan diri (mandi,
toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk
menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
·
Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan. Rasional: mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4.
Impelentasi
1. Mencegah
terjadinya kekurangan volume cairan
-
Mengobservasi tanda –
tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-
Monitor tanda – tanda
meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung,
produktie urin menurun
-
Mengobservasi dan
mencatat intake dan output
-
Memberikan hidrasi yang
adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-
Memonitor nilai
laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-
Mempertahankan intake
dan output yang adekwat
-
Memonitor dan mencatat
berat badan
-
Memonitor pemberian
cairan melalui intravena setiap jam
-
Mengurangi kehilangan
cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )
2. Perfusi
jaringan Adekuat
-
Mengkaji dan mencatat
tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah ,
Cappilary Refill )
-
Mengkaji dan mencatat
sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-
Menilai kemungkinan
terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri ,
pembengkakan kaki )
3. Kebutuhan
nutrisi adekuat
-
Ijinkan anak memakan
makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi
pada saat selera makan anak meningkat.
-
Berikan makanan yang
disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake
nutrisi
-
Menganjurkan kepada
orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-
Menimbang berat badan
setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-
Mempertahankan
kebersihan mulut pasien
-
Menjelaskan pentingnya
intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit.
4. Mempertahankan
suhu tubuh normal
-
Ukur tanda – tanda
vital suhu tubuh
-
Ajarkan keluarga dala
pengukuran suhu
-
Lakukan “ tepid
sponge” ( seka ) dengan air biasa
-
Tingkatkan intake
cairan
-
Berikan terapi untuk
menurunkan suhu
5. Mensupport
koping keluarga Adaptif
-
mengkaji perasaan dn
persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-
Ijinkan orang tua dan
keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor
yang paling mencmaskan keluarga
-
Identifikasikan koping
yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
5.
Evaluasi
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak terjadi devisit voume
cairan
3. Tidak terjadi syok
hipovolemik
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi perdarahan
6. Ansietas
berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang
kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Daftar Pustaka
- Hidayat,
Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba
Medika : Jakarta
- Nasrul,
Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
- Noer,
Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester :
Jakarta.
- Suriadi
& Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan
Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta
- http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar