Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep DBD


LAPORAN PENDAHULUAN
‘DEMAM BERDARAH DENGUE’


A.     PENGERTIAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit  demam akut yang banyak ditemukan di daerah tropis. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue secara geografis mirip dengan penyebaran penyakit malaria. Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun.

B.     ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C.
Setiap serotype memiliki perbedaan sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah tersebar atau ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue .
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

C.     TANDA dan GEJALA
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi (mialgia), sakit pada otot (artralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Demam berdarah umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
*      Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
*      Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
*      Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
*      Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

D.     PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Fenomena fatofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotinin serta aktivasi sistem kalikten yang berakibat mengurangnya volume palsma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat permulaan demam dan mencapai puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DBD umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.

E.      GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang sedang seperti DB sampai DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Pada DB, suhu meningkat tiba-tiba disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Otot-otot di sekitar mata terasa pegal. Eksamtem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam terlihat jelas pada muka dan dada, berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien. Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula-makula besar, yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak petekia pada dasarnya, kemudian menjalar cepat ke seluruh tubuh. Pada saar suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang teras gatal.
Lidah sering kotor dan kadang kala pasien sukar buang air besar. Terkadang dapat diraba pembesaran kelenjar yang konsistensinya lunak dan tak nyeri. Pada pasien DBD, gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan nyeri tekan, tetapi pembesaran hati tidak sesuai dengan beratnya penyakit.

F.      DERAJAT DBD
Derajat demam berdarah dengue terbagi atas:
1.      Derajat I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan manifestasi perdarahan ringan, tourniquet positif.
2.      Derajat II (sedang)
Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
3.       Derajat III
Ditemukan tanda-tanda dini renjatan
4.      Derajat IV
Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak terukur.

G.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Klinik
·         Demam mendadak, terus-menerus 2-7 hari.
·          Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet maupun perdarahan spontan pada kulit (petekie, ekimosis, memar) dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
·          Hepatomegali
·          Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak teraba, tekanan darah menyempit (<20mmHg) atat hipotensi (<80mmHg) sampai tak terukur, kulit dingin, lembab dan malaise.
1.      Laboratorium
Trombositopenia : Trombosit 20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
3.   Pemeriksaan penunjang
·         Foto toraks lateral dekubitus kanan, Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
·         Darah rutin; Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)
·         Waktu perdarahan, Menggunakan cara WY (N=1-7 menit.

H.     PENATALAKSANAAN
Setiap pasien tersangka DB atau DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk.
Penatalaksanaannya adalah:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder

5. Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan yaitu:
a. Keadaan umum memburuk
b. Hati makin membesar
c. Masa perdarahan memanjang
d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
            Terapi untuk pengganti cairan yaitu:
a)      DBD tanpa renjatan
·         Minum banyak 11/2 liter perhari
·         Cairan intravena bila :
·         Penderita muntah-muntah terus
·         Intake tidak terjamin
·         Pemeriksaan berkala Hmt cenderung meningkat terus.
Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
b)      DBD dengan renjatan
·         Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba serta tensi terukur, biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.
·         Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah renajatan teratasi:
·         Tekanan sistol > 80mmHg
·         Nadi jelas terasa
·         Amplitudo nadi cukup besar.
·          Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam. Bila keadaan umum baik, jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL: Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan.
I.        PENCEGAHAN
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimal 100 meter. Tetapi karena vektor tersebut luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.
Cara pemberantasan vektor:
1.      Menggunakan insektisida
Yang lazim dipakai adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik. Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging).
2.      Tanpa insektisida
*      Menguras bak mandi, tempayan, dan tempat-tepat penampungan air minimal 1 kali seminggu.
*      Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
*      Membersihkan/mengubur kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda-benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
*      Memangkas pohon atau tanaman hias tempat nyamuk bisa bersarang.



ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DBD

1.      Pengkajian
a.       Identitas
DBD merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa.
b.      Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
c.       Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
d.      Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e.       Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f.       Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g.      Riwayat Tumbuh Kembang
Pengkajian Per Sistem
1.      Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2.      Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
3.      Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4.      Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5.      Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
6.      Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b)      Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
c)      Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
d)     Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
e)      Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
f)       Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
g)      Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

3.      Intervensi Keperawatan
1.      DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan :
Suhu tubuh normal
Kriteria :
·         Suhu tubuh antara 36 – 37
·         Nyeri otot hilang
Intervensi :
·         Kaji suhu tubuh pasien. Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
·         Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
·         Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
·         Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
·         Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
·         Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
2.      DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria :
·         Input dan output seimbang
·         Vital sign dalam batas normal
·         Tidak ada tanda presyok
·         Akral hangat
·         Capilarry refill < 2 detik 
Intervensi :
·         Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi. Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler 
·         Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer 
·         Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ.  Rasional: Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. 
·         Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ). Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral 
·         Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok. 
3.      DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik 
Kriteria :
·         Tanda Vital dalam batas normal 
Intervensi :
·         Monitor keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok. 
·         Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok. 
·         Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. 
·         Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat. 
·         Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit. Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 
4.      DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi 

Kriteria :
·         Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 
·         Menunjukkan berat badan yang seimbang. 
Intervensi :
·         Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi 
·         Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan 
·         Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. 
·         Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
·         Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral 
·         Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster. 
5.      DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan 
Kriteria :
·         TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat 
·         Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat. 
Intervensi :
·         Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional: Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. 
·         Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. 
·         Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. 
·         Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut. 
·         Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari. Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. 
6.      DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan :
Ansietas berkurang/terkontrol. 
Kriteria :
·         Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. 
·         Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan. 
Intervensi :
·         Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional : memudahkan intervensi. 
·         Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu. Rasional: mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas. 
·         Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Rasional: pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan. 
·         Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
·         Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
·         Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
·         Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
·         Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan. 
7.      DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan :
Orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. 
Kriteria :
·         Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. 
·         Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi :
·         Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. 
·         Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
·         Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional: diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
·         Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan / demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien. Rasional: perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
·         Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional: mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. 
4.      Impelentasi
1.      Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
-          Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-          Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
-          Mengobservasi dan mencatat intake dan output
-          Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-          Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-          Mempertahankan intake dan output yang adekwat
-          Memonitor dan mencatat berat badan
-          Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
-          Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )
2.      Perfusi jaringan Adekuat
-          Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
-          Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-          Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )
3.      Kebutuhan nutrisi adekuat
-          Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-          Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi 
-          Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-          Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-          Mempertahankan kebersihan mulut pasien
-          Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit.
4.      Mempertahankan suhu tubuh normal
-          Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
-          Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
-          Lakukan “ tepid sponge”  ( seka ) dengan air biasa
-          Tingkatkan intake cairan
-          Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.      Mensupport koping keluarga Adaptif
-          mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-          Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
-          Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
5.      Evaluasi 
1. Suhu tubuh normal 
2. Tidak terjadi devisit voume cairan 
3. Tidak terjadi syok hipovolemik 
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi 
5. Tidak terjadi perdarahan 
6. Ansietas berkurang/terkontrol 
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. 




Daftar Pustaka
  1. Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika : Jakarta 
  2. Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta 
  3. Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta. 
  4. Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta
  5. http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com

Tidak ada komentar: