ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
A. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O
Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A
Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung
atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare
diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu
kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu
kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
B. Kasus Diare Di Indonesia
Angka
kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2
pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di
Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit
Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41
kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Jumlah
penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa, sedangkan di Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa.
C. Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O
Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat
dibagi dalam dua golongan yaitu:
·
Diare sekresi
(secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
·
Infeksi virus,
kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik
usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
·
Defisiensi imum
terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat
gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
Diare osmotik (osmotik
diarrhoea) disebabkan oleh:
·
malabsorpsi makanan:
karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
·
Kurang kalori protein.
·
Bayi berat badan lahir
rendah dan bayi baru lahir.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare
ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,
isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus,
terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi,
akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Kehilangan air
(dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air
(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan
Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
2.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang
menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Gangguan gizi
3.
Terjadinya penurunan
berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
•
Makanan sering
dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
•
Walaupun susu
diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan
terlalu lama.
•
Makanan yang diberikan
sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
4.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi
renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
•
Manifestasi Klinis
Diare
1.
Mula-mula anak/bayi
cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.
Sering buang air besar
dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.
Warna tinja berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.
Anus dan sekitarnya
lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya
asam laktat.
5.
Terdapat tanda dan
gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.
Perubahan tanda-tanda
vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien
sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
7.
Diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria).
8.
Bila terjadi asidosis
metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
•
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan tinja
•
Makroskopis dan
mikroskopis
•
PH dan kadar gula
dalam tinja
•
Bila perlu diadakan
uji bakteri
1.
Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali
dan analisa gas darah.
2.
Pemeriksaan kadar
ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3.
Pemeriksaan elektrolit
terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
•
Komplikasi
1.
Dehidrasi (ringan,
sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Renjatan hipovolemik.
3.
Hipokalemia (dengan
gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro
kardiagram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Introleransi laktosa
sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa,
usus halus.
6.
Kejang terutama pada
dehidrasi hipertonik.
7.
Malnutrisi energi,
protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
•
Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang,
derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
o
Kehilangan berat badan
o
Tidak ada dehidrasi,
bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
o
Dehidrasi ringan bila
terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
o
Dehidrasi berat bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%
E. Pentalaksanaan
1. Medis
Dasar
pengobatan diare adalah:
a. Pemberian
cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1.
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan
sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2.
Cairan parentral
Ø Diberikan
pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2
tahun berat badan 3-10 kg
•
1 jam pertama : 40
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
•
7 jam berikutnya : 12
ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit
(set infus 1 ml=20 tetes).
•
16 jam berikutnya : 125
ml/kgBB/ oralit
Ø Untuk
anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
•
1 jam pertama : 30
ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20
tetes).
Ø Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
•
1 jam pertama : 20
ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20
tetes).
•
7 jam berikut : 10
ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20
tetes).
•
16 jam berikut : 105
ml/kgBB oralit per oral.
Ø Untuk
bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
•
Kebutuhan cairan: 125
ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam
pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt
(1mt=20 tts).
•
Untuk bayi berat badan
lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½
%).
b. Pengobatan
dietetic
Untuk anak dibawah 1
tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis
makanan:
•
Susu (ASI, susu formula
yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
•
Makanan setengah padat
(bubur atau makanan padat (nasi tim)
•
Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung
laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan
menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah
klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi
darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit. Mengingat diare
sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak
terjadi penularan pada klien lain.
F.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
1.
Pengkajian
a. Biodata Pasien : Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Agama, Tempat Tinggal
b. Biodata Penanggung Jawab Pasien :
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur
2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena
infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya .
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran
: 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ada
salah satu keluarga yang mengalami diare.
d. Kebiasaan Sehari hari : Makan dan
Minum, Eliminasi, Personal Hygiene
e. Pemeriksaan Head To Toe
2.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
|||
Tujuan
|
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
|||
1
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake
yang kurang.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
|
•
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S;
36-37,50 c, RR : <>
•
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
•
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
|
•
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit :
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki deficit
•
Pantau intake dan output : R/ Dehidrasi dapat meningkatkan
laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan
sisa metabolisme.
•
Timbang berat badan setiap hari : R/ Mendeteksi kehilangan
cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 ltr
•
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien,
2-3 lt/hr : R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
|
|
2
|
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare.
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
|
Nafsu
makan meningkat, BB meningkat atau normal sesuai umur
|
•
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) :R/ Serat
tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan saluran usus.
•
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak
sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat. : R/ situasi yang
nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
•
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan : R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
|
|
3
|
Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap
diare.
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
|
Suhu
tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur,
dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
|
•
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam :R/ Deteksi dini
terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
•
Berikan kompres hangat : R/ merangsang pusat pengatur
panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
•
Kolaborasi pemberian antipirektik : R/ Merangsang pusat
pengatur panas di otak
|
|
4
|
Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
|
Setelah
dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu.
|
Tidak terjadi
iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga, Keluarga mampu
mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
|
•
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur :
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
•
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat
perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) : R/ Mencegah
terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
•
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam :
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak
terjadi iskemi dan iritasi .
|
|
3.
Implementasi Keperawatan
Melakukan apa yang harus dilakukan
pada saat itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan mencatat setiap
tidakan yang dilakukan pada pasien.
4.
Evaluasi
Mengevaluasi semua tindakan yang
telah diberikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang diberikan pasien
mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika
sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus
mengalami perubahan atau perbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar