Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Diare


ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
 
A.    Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
B.     Kasus Diare Di Indonesia
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Jumlah penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa, sedangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa.


C.    Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
·         Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
·         Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
·         Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
·         malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
·         Kurang kalori protein.
·         Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
D.    Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.      Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
2.      Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gangguan gizi
3.      Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
         Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
         Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
         Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4.      Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
         Manifestasi Klinis Diare
1.      Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.      Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7.      Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8.      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
         Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan tinja
         Makroskopis dan mikroskopis
         PH dan kadar gula dalam tinja
         Bila perlu diadakan uji bakteri
1.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
2.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
         Komplikasi
1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.      Renjatan hipovolemik.
3.      Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4.      Hipoglikemia.
5.      Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6.      Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.      Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
         Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
o   Kehilangan berat badan
o   Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
o   Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
o   Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

E.     Pentalaksanaan
1.      Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a.       Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1.      Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2.      Cairan parentral
Ø  Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
         1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
         7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
         16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
Ø  Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
         1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
Ø  Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
         1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
         7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
         16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
Ø  Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
         Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
         Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b.      Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
         Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
         Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
         Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c.       Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.      Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.




F.     Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
1.      Pengkajian
a.       Biodata Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal
b.      Biodata Penanggung Jawab Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat Tinggal
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
c.       Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
2.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga : Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
d.      Kebiasaan Sehari hari : Makan dan Minum, Eliminasi, Personal Hygiene
e.       Pemeriksaan Head To Toe


2.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Intervensi
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
         Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <> 
          Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. 
          Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

          Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit : R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
          Pantau intake dan output : R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
          Timbang berat badan setiap hari : R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 ltr
          Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr : R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
2
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Nafsu makan meningkat, BB meningkat atau normal sesuai umur
          Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) :R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
          Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat. : R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
          Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan : R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 
3
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

          Monitor suhu tubuh setiap 2 jam :R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
          Berikan kompres hangat : R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
          Kolaborasi pemberian antipirektik : R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga, Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
          Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur : R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
          Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) : R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
          Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam : R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .

3.      Implementasi Keperawatan
Melakukan apa yang harus dilakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
4.      Evaluasi
Mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan.

Tidak ada komentar: