Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Pertusis


PERTUSIS
A. Pengertian Pertusis
Pertusis adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk 100 hari. (Arif Mansjoer, 2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993)
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992)
B. Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak  bergerak,  dan ditemukan  dengan  melakukan  swab  pada  daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)
Adapun cirri-ciri organisme ini antara lain:
1.      Berbentuk batang (coccobacilus).
2.      Tidak dapat bergerak.
3.      Bersifat gram negatif.
4.      Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5.      Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10ºC).
6.      Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.
7.      Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin.
1.      Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a)     Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
b)     Endotoksin (lipopolisakarida)

C. Gejala Klinis
Masa tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium:
1.      Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza.
2.      Stadium spasmodik
Berlangsung selama 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik. Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum kental. Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva  dan  epistaksis. Tampak keringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.

3.      Stadium konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.
D. Patofisiologi
Penularan terutama melalui saluran pernafasan, di mana Bordetella pertusis akan terikat pada silia epitel saluran pernafasan. Bordetella pertusis tidak memasuki jaringan sehingga tidak dijumpai dalam darah. Setelah mikroorganisme terikat pada sillia, maka fungsi sillia akan terganggu sehingga aliran mukus/lendir terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Adanya organisme ini pada permukaan saluran pernafasan dapat terlihat dari bertambahnya sekret mukus. Dan lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat menimbulkan empisema dan atelektasis.
E. Komplikasi
Komplikasi dari pertusis adalah sebagai berikut:
1.      Alat pernafasan
Dapat terjadi otitis media, bronkhitis, bronchopneumonia, atelektasis yang disebabkan   sumbatan   mukus,   emfisema,   bronkietaksis, dan tuberculosis yang sudah ada menjadi bertambah berat.
2.      Alat pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasis (anak menjadi kurus sekali), prolapsus rectum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, juga stomatitis.
3.      Susunan saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah, kadang-kadang terdapat kongesti dan edema pada otak, mungkin pula terjadi perdarahan otak.
4.      Lain-lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis dan perdarahan subkonjungtiva.
F. Cara Penularan
Cara penularan pertusis, melalui:
v Droplet infection
v Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
G. Penatalaksanaan
1.      Antibiotik
a)     Eritromisin dengan dosis 50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari), dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
b)     Ampisilin dengan dosis 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
c)     Lain-lain, seperti rovamisin, kloramfenikol, kotrimoksasol, tetrasiklin, ekspektoran dan mukolitik, kodein (diberikan bila terdapat batuk-batuk yang berat, dan luminal (sebagai sedatif).
2.      Imunoglobulin diberikan bila diperlukan.
3.      Pencegahan dengan imunisasi.
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis:
1.      Panas lebih dari 33ºC.
2.      Riwayat kejang.
3.      Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya, misalnya suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.
Ø  Terapi Suportif
Ø  Hindari makanan yang sulit ditelan.
Ø  Lingkungan perawatan penderita yang tenang.
Ø  Pemberian jalan nafas.






ASKEP PERTUSIS
1. Pengkajian
a)      Data Dasar Pengkajian Pasien
v Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang, kelelahan, demam ringan
Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri
v Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB.
Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
v Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
v Integritas ego
Tanda: gelisah
v Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.
Tanda : muka merah, sianotik

b)      Pemeriksaan diagnostik
v Pemeriksaan sputum
Pengelompokan Data
a)      Data Subyektif
Ø  Pasien mengeluh batuk
Ø  Pasien mengeluh nyeri pada dadanya
Ø  Pasien mengeluh sesak
b)      Data Obyektif
Ø  Suhu badan meningkat
Ø  Penurunan berat badan
Ø  Turgor kulit buruk
Ø  Mual-muntah
Ø  Nafsu makan hilang
Ø  Pasien tampak gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
Tujuan NOC:
Status ventilasi saluran pernafasan baik, dengan cara mampu membersihkan sekret yang menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas.

Kriteria hasil:
1.      Rata-rata pernafasan normal.
2.      Sputum keluar dari jlan nafas.
3.      Pernafasan menjadi mudah.
4.      Bunyi nafas normal.
5.      Sesak nafas tidak terjadi lagi
NIC:
1.      Monitor rata-rata irama, kedalaman, dan usaha untuk bernafas.
2.      Monitor suara pernafasan, seperti mendengkur.
3.      Monitor pernafasan pasien mengenai sekret / mucus.
4.      Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif.
5.      Catat seberapa sering karaktristik dan durasi batuk.
6.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan:
Ø  Frekuensi nafas tidak normal
Ø  Bunyi nafas tidak normal
Ø   Sianosis
Tujuan:
Tujuan yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas pasien.



3. Intervensi Keperawatan
1)      Auskultasi bunyi nafas (misal: mengi)
Rasional: untuk mengidentifikasi adanya obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi.
2)      Kaji pantau frekuensi pernafasan
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan frekuensi pernafasan.
3)      Berikan pasien posisi semi fowler
Rasional: untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4)      Ajarkan pasien melakukan batuk efektif
Rasional : untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.
5)      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL/hari
Rasional : untuk membantu mengencerkan sekret.
6)      Berikan obat sesuai indikasi seperti eritromisin, kodein, ampisilin, dan lain-lain.
Rasional: untuk memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi dan untuk meringankan batuk.


1.      Nyeri berhubungan dengan batuk menetap ditandai dengan:
Ø  Nyeri dada
Ø  Gelisah
Tujuan:
Tujuan yang diharapkan adalah nyeri hilang
Intervensi Keperawatan:
1)      Tentukan karakteristik nyeri
Rasional: untuk membantu mengevaluasi tingkat nyeri
2)      Berikan posisi yang nyaman
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri
3)      Dorong pasien untuk menyatakan perasaan nyeri
Rasional: takut dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri
4)      Berikan lingkungan yang tenang
Rasional: untuk meningkatkan mekanisme koping
5)      Berikan analgesik sesuai indikasi
Rasional: untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan mengurangi nyeri.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual/muntah, ditandai dengan:
Ø  Penurunan berat badan
Ø    Kehilangan massa otot
Ø   Kelemahan
Ø   Enggan makan
Tujuan:
Tujuan yang diharapkan adalah menunjukkan peningkatan berat badan
Intervensi Keperawatan
1)      Catat status nutrisi pasien
Rasional: untuk mengetahui pemasukan makanan
2)      Awasi pemasukan/pengeluaran makanan secara periodic
Rasional: berguna dalam mengukur jumlah nutrisi
3)      Dorong dan berikan periode istirahat
Rasional: membantu menghemat energi khususnya bila metabolik meningkat saat demam.
4)      Timbang berat badan pasien secara rutin
Rasional: untuk mengetahui adanya peningkatan berat badan pasien.


4.      IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan pada pasien sesuai dengan intervensi yang telah di buat, dengan tujuan agar  kesehatan pasien tetap terkontrol, misalnya
Ø   Pada tiap 4 jam sekali melakukan  pantau frekuensi pernafasan pasien
Ø  mengajarkan pasien melakukan batuk efektif
Ø  setiap 4 jam sekali Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Ø  memberikan lingkungan yang tenang
Ø  melakukan pencatatan status nutrisi pada pasien
Ø  dalam tiga hari sekali menimbang berat badan pasien

5.      EVALUASI
Setelah melakukan implementasi diharapkan pasien mengalami perubahan yang diinginkn sesuai dengan intervensi yang dibuat.
Jika pasien tidak mengalami perubahan apapun segera kaji kembali intervensi dan kemudian buat intervensi yang baru.









DAFTAR PUSTAKA
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,  Edisi 3, Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius
Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit, Editor Setiawan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: