KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenaannyalah kami bisa
menyelesaikan makalah kami yang berjudul PERITONITIS banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan makalah ini tapi biarlah melalui makalah dapat
berguna bagi kita semua.
Akhir
kata “Tak ada gading yang tak retak “ sesempurna apapun hasil karya manusia
pasti ada kesalahannya juga.karena itu kami sangat memohon bantuan dari
dosen-dosen,dan teman-taman yang mungkin sudah cukup berpengalaman baik itu
dalam bentuk saran maupun kritik,karena sesungguhnya itu merupakan
penyempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..................................... 1
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………..................................... 2
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. TINJAUAN
DASAR MEDIS………………………………………….3
Ø Defenisi
Ø Etiologi
Ø Tanda
dan Gejala
Ø Patofisiologi
Ø Diagnostik
Ø Penatalaksanaan
Medis
BAB II
B. TINJAUAN
KEPERAWATAN……………………………………......8
Ø Peritonitis
Ø Dasar Data Pengkajian
Pasien
Ø Diagnosa
Keperawatan (Dongues)
C. TINJAUAN
KASUS…………………………………………………...
BAB III
A. KESIMPULAN………………………………………………………...
B. SARAN………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
TINJAUAN
TEORITIS
A. TINJAUAN MEDIS
v DEFENISI
Peritonitis adalah
inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
v ETIOLOGI
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial
Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi
intra abdomen,tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi
kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri
munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran
hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin
rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya
peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar
molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah
bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies
Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu
Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan
Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau
nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga
peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran
cerna bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal
berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat,
bukan berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya
timbul abses atau flagmon dengansss atau tanpa
fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau
kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu,
barium, dan substansi kimia lain atau prses inflamasi transmural dari
organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn).
v TANDA DAN GEJALA
Diagnosis
peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen)
dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum
visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya
yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan
pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru
disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic),
penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.
v
PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada
pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian
menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin
dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan
mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat
bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.
Pembentukan
abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang
melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk
menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat
banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan
penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal
sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari
berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat
penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).
v DIAGNOSTIK
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya
nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas
lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya
(peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu,
misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau
iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan
klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan
imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi,
atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma kranial,
ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan
paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri
yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.Foto rontgen
diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam perut
dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi.
jarum
digunakan untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di
laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa
kepekaannya terhadap berbagai antibiotika Pembedahan eksplorasi merupakan
teknik diagnostik yang paling dapat dipercaya.
v
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penggantian
cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa
liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar
cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan
menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.
Analgesik
diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi
untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam
menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam
rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan
menyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker
akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi
jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan.
Tindakan
bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab. Tindakan
pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi
dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkus peptikum yang
mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan
pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita,
pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat,
bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.
PATOFISIOLOGI
Menstimulasi
n.vagus
Perubahan status Cairan dan elektrolit pada hipotalamus
Kurang informasi
Mual dan muntah
BAB
II
TINJAUAN KEPERAWATAN
v Peritonitis
Inflamasi rongga
peritoneal dapat berupa primer atau sekunder ,akut atau kronis dan diakibatkan
oleh kontaminasi kapasitas peritoneal
oleh bakteri atau kimia.Peritonitis primer tidak berhubungan dengan gangguan
usus dasar (contoh sirosis dengan/asites,sistem urinaris);sumber sekunder
inflamasi dari saluran GI,ovarium /uterus,cedera traumatik atau kontaminasi
bedah.Intervensi bedah mungkin kuratif pada lokasi peritonitis contoh
apendiksitis/apendektomi,plikasi ulkus,dan reseksi usus.Bila peritonitis
menyebar,perlu penatalaksanaan medik sebelum atau pada tempat tindakan bedah.
v DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS
/ISTIRAHAT
Gejala : kelemahan
Tanda : kesulitan ambulasi
SIRKULASI
Tanda :
takikardia,berkeringat,pucat,hipotensi (tanda syok)edema jaringan
ELIMINASI
Gejala :ketidakmampuan defekasi dan
platus.
Diare kadang-kadang
Tanda :
cegukan;distensi abdomen;abdomen diam penurunan haluaran urin,warna gelap
penurunan /tak ada bising usus (ileus);bunyi kers hilang timbul,bising usus
kasar (obstruksi);kekakuan
abdomen,nyeri tekan
hiperesonan/timpani(ileus);hilang suara pekat di atas
hati (udara bebas dalam abdomen)
MAKANAN /CAIRAN
Gejala :
anoreksia,mual /muntah;haus.
Tanda :
muntah proyektif.membran mukosa kering,lidah bengkak,turgor kulit buruk
NYERI /KENYAMANAN
Gejala :
nyeri abdomen tiba-tiba berat,umum ataulokal,menyebar ke bahu,terrus menerus
oleh gerakan
Tanda :
distensi,kaku,nyeri tekan.otot tegang (abdomen);lutut fleksi,perilaku
distraksi;gelisah;fokus pada diri sendiri
PERNAFASAN
Tanda :
pernafasan dangkal takipnea
KEAMANAN
Gejala :
riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis);infeksi pasca-melahirkan,abses
tetroperitoneal
v Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume
caiaran,(kehilangan aktif)berhubungan dengan perpindahan cairan dari
ekstraseluler,intravaskuler ke dalam usus yang ditandai dengan muntah dan
Demam.
Ø Hasil yang diharapkan :
menunjukan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat
dengan berat jenis normal,TTV stabil,membran mukosa lembab,turgor kulit baik
dan berat badan dalam rentang normal.
Ø Intervansi : pantau tanda
vital,catat adanya hipotensi,takikardia,takipnea,demam.ukur
CVP bila ada.
Ø Rasional : membantu dalam evaluasi derajat defisit
cairan/keefektifan penggantian
terapi cairan dan respons
terhadap pengobatan.
Ø Intervensi : pertahankan
masukan dan haluaran yang akurat dan hubungkan dengan
berat badan harian.
Ø Rasional : menunjukan status hidarasi keseluruhan.keluaran
urine mungkin menurun
pada hipovolemia dan
penurunan perfusi ginjal,tetapi berat badan masih
meningkat,menunjukan edema
jaringan/asites.
Ø Intervensi : ukur berat
jenis urine
Ø Rasional : menunjukan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal,yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut pada respons
terhadap hipovolemia.
Ø Intervensi : observasi
kulit/membran mukosa untuk kekeringan,turgor,catat edema
perifer/sakral.
Ø Rasional : hipovolemia,perpindahan cairan,dan
kekurangan nutrisi memperburuk
turgor kulit,menambah edma
jaringan.
Ø Intervensi : ubah posisi
dengan sering,berikan perawatan kulit dengan sering,dan
pertahankan tempat tidur
kering dan bebas lipatan.
Ø Rasional : jaringan edema dan adanya gangguan
sirkulasi cenderung merusak kulit.
2. Nyeri akut berhubungan
dengan iritasi kimia peritonium perifer (toksin) dan trauma
Jaringan.
Ø Krietteria yang diharapkan
:-laporan nyeri hilang/terkontrol
-menunjukan penggunaan
keterampilan relaksasi,metodi
lain untuk meningkatkan
kenyamanan
Ø Intervensi : selidiki
laporan nyeri,catat lokasi,lama,intensitas (skala 0-10)dan
karakteristiknya
(dangkal,tajam,konstan)
Ø Rasional : perubahan dalam lokasi/intensitas tidak
umum tetapi dapat menunjukan
terjadinya komplikasi.nyeri
cenderung menjadi konstan.lebih hebat,dan
menyebar ke atas;nyeri dapat
lokal bila terjadi abses.
Ø Intervensi : pertahankan
posisi semi-fowler sesuai indikasi
Ø Rasional : memudahkan drainase cairan/luka karena
gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena
gerakan.
Ø Intervensi : berikan
tindakan kenyamanan,contoh pijatan punggung,nafas dalam,latihan
relaksasi/visualisasi.
Ø Rasional : meningkatkan relaksasi dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping
pasien dengan memfokuskan
kembali perhatian.
Ø Intervensi : berikan
perawatan mulut dengan sering.hilangkan rangsangan lingkungan
yang tak
menyenangkan.
Ø Rasional : menurunkan mual,muntah yang dapat
meningkatkan tekanan/nyeri
Intraabdomen.
3. Nutrisi,perubahan: kurang
dari kebutuhan tubuh,risiko tinggi berhubungan dengan mual/munta dan disfungsi
usus.
Ø Hasil yang diharapkan :
-mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen
Positif
Ø Intervensi : awasi
haluaran selang NG : catat adanya muntah/diare
Ø Rasional : jumlah besar dari aspirasi gaster dan
muntah/diare diduga terjadi obstruksi
usus,memerlukan evaluasi
lanjut.
Ø Intervensi : auskultasi
bising usus,catat bunyi tak ada/hiperaktif.
Ø Rasional : meskipun bising usus sering tak
ada,inflamasi/iritasi usus,penurunan
absorpsi air dan diare.
Ø Intervensi : ukur lingkar
abdomen.
Ø Rasional : memberikan bukti kuantitas perubahan
distensi gaster/usus dan akumulasi
asites.
Ø Intervensi : timbang berat
badan dengan teratur
Ø Rasional : kehilangan/peningkatan dini menunjukan
perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada defisi nutrisi.
Ø Intervensi : kaji abdomen
dengan sering untuk kembali ke bunyi yang
lembut,penampilan bising
usus normal,dan kelancaran flatus.
Ø Rasional : menunjukan kembalinya fungsi usus ke
normal dan kemampuan untuk
memulai masukan per oral.
4. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar),tentang kondisi,prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat dan salah interpretasi informasi
yang ditandai dengan klien bertanya dan meminta informasi.
Ø Hasil yang diharapkan :
-menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
-melakukan dengan benar,prosedur
yang perlu dan menjelaskan
alasan tindakan.
Ø Intervensi : kaji ulang
proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh
Ø Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien
yang memungkinkan membuat
s pilihan berdasarkan
informasi.
Ø Intervensi : anjurkan
melakukan aktivitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi,dan
sediakan waktu untuk
istirahat adekuat.
Ø Rasional : mencegah kelemahan,meningkatkan perasaan
sehat.
Ø Intervensi : kaji ulang
pembatasan aktivitas contoh hindari mengangkat berat,konstipasi
Ø Rasional : menghindari peningkatan tekanan
intraabdomen yang tidak perlu dan
tegangan otot.
Ø Intervensi : lakukan
penggantian balutan secara aseptik,perawatan luka.
Ø Rasional : menurunkan resiko kontaminasi dan
memberikan kesempatan untuk
mengevaluasi proses
penyembuhan.
Ø Intervensi : identifikasi
tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik,contoh
berulangnya
nyeri/distensi abdomen,muntah,demam,menggigil,atau
adanya drainase purulen,bengkak/eritema
pada insisi bedah (bila ada).
Ø Rasional : pengenalan dini dan pengobatan terjadinya
komplikasi dapat mencegah
penyakit/cedera serius.
PENYIMPANGAN KDM DAN PATOFISIOLOGI
Nyeri
|
Menstimulasi
n.vagus
Perubahan status Cairan dan elektrolit pada hipotalamus
Kekurangan
volume cairan
|
Perubahan
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
|
Kurang pengetahuan tentang
kondisi penyakit
|
TINJAUAN KASUS
Pengkajian Data Dasar
A. Biodata
No.RM : 066605
TANGGAL
: 21 November 2005
TEMPAT :
ICU UNDATA PALU
DATA UMUM
1.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.U
Tempat/tanggal lahir : Towua 15 juni 1986
Status perkawinan :
Belum menikah
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : Buruh bangunan
Alamat : Towua
Tgl masuk : 17-11-2005
Gol darah : -
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama :
Islam
Suku :
Makasar
Lama bekerja : -
Ruangan : ICU UNDATA
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Abd.Salam
Pendidikan terakhir : SMA
Hubungan dengan klien : Bapak /Ayah
Alamat : Palu selatan
Umur :
55 tahun
Pekerjaan :
Sopir
II Riwayat kesehatan saat
ini
1. Keluhan utama :
Pada
saat dikaji pasien menyatakan nyeri pada daerah abdomen /perut
2. Alasan masuk rumah sakit :
Nyeri
pada daerah abdomen /perut yang di alami sejak lama dan diiringi / dibarengi
pembengkakan pada daerah perut serta demam
3. Riwayat penyakit
Provocative /palliative : - Tidak diketahui apa yangmenyebabkan/penyebab
Dasar dari peritonitis diduga penyakitnya ileus
Obstruktis
Quality
:
- Nyeri yang dirasakan pada skala 8 interval
1-10
Region
:
- kuadran kanan atas,bawah,menyebar ke kuadran
Kiri atas dan bawah
Severity : - Nyeri timbul mendadak dan sangat hebat
Timing : - Nyeri timbul tidak tentu waktu
III. Riwayat kesehatan masa lalu
1.
Penyakit yang pernah dialam
Saat kecil/kanak-kanak : Pada saat klien
masih kanak-kanak sering
Demam.
Penyebab : Disebabkan karena penyakti yang
bersifat
Injeksius,perubahan cuaca
dan lain-lain.
Riwayat perawatan : ketika klien merasa kurang
enak badan / Demam hanya diberi kompres atau dengan Istirahat
yang cukup,jika parah barulah Bawa ke RS
Riwayat operasi :
klien tidak pernah operasi
Riwayat pengobatan : ketika klien merasa kurang
enak badan,Klien hanya membeli obatyang dijual bebas Jika parah barulah dibawa
ke dokter a gar Diberikan obat
2.
Riwayat alergi : klien tidak ada riwayat alergi
3.
Riwayat imunisasi : klien pernah diimunisasi
IV. Riwayat kesehatan
keluarga
GENOGRAM
X
|
X
|
Keterangan :
|
Laki Laki
|
X
|
Meninggal Dunia
|
|
Perempuan
|
|
Klien
|
|
|
|
|
·
Generasi 1 : Kakek
dan Nenek atau ayah dan ibu dari ibu klien telah meningggal dunia, tidak ada riwayat
penyakit sebelum meninggal (karena usia yang sudah tua atau ajal).
·
Generasi 2 : Kedua orang tua klien masih hidup, mereka
tinggal serumah dengan tuan U beserta keempat adiknya. Tidak ada riwayat penyakit apapun pada mereka
berdua.
·
Generasi 3 : Tuan U/klien tinggal dengan kedua orang tua
beserta keempat adiknya, baik ia maupun kluarganya tidak mengetahui apa yang
menjadi penyebab penyakitnya
V. Riwayat psiko-sosio-spiritual
1.
Pola koping:
Klien berusaha mencari alternative
untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan dengan mengambil posisi yang nyaman atau menarik nafas dalam.
2. Harapan
klien tentang penyakitnya :
Klien berharap
penyakitnya tidak kambuh lagi dan dapat
sembuhh total.
3.
Faktor stressor :
Jika klien merasa
cemas akan penyakitnya maka akan berdampak pada
nyerinnya
1. Konsep
diri :
Klien
merasa cemas akan penyakitnya, klien takut akan kematian, merasa kuatir dengan
pekerjaan, keuangan dan merasa apakah
orang-orang akan menerimanya setelah keluar nanti.
2. Pengetahuan
klien tentangg penyakitnya Klien
menyadari bahwa penyakit yang dideritanya tidak bakalan sembuh, hanya dapat
mencegah keparahan dari penyakitnya
3. Adaptasi
Klien
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
penyakitnya
4. Hubungan
keluarga dan masyarakat
Klien
mempunyai hubunngan yang baik dengan keluarga dan mayarakat
5. Bahasa
yang sering digunakan
Klien
yang menggunakan bahasa Indonesia, biasanya dicampur dengan bahasa Makassar
dalam kehidupan sehari-harinya.
6. Perhatian
terhadap orang lain dan lawan bicara :
Perhatian
klien terhadap lawan bicaranya baik (komunikatif dan berespons)
7. Keadaan
lingkungan:
Liingkungan
sekitar klien tinggal bersih, karena mereka membagi diri dalam tugas /
kerjaan di rumahh tangga, klien tingggal di lingkuungan yang tidak kumuh.
8. Aktivitas
sosialnya:
Klien
merupakan salah satu tulang punggung
keluarga, ia bekerja sebagai buruh bangunan.
9. kegiatan
keagamaan / pola ibadah:
Klien
beragama Islam dan percaya kepada Allah SWT, keggiatankeagamaan yang dilakukan
klien sebelum saat yakni shalat meskipun tidak teratur. Setelah masuk RS kegiatan shalatnya hampir
tidak sama sekali, klien hanya bisa berdoa dalam hati agar sembuh secepatnya.
10. Kegiatan
tentang kesehatan
Klien
menyadari bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan tetapi hanya diminimalkkan
saja.
VI. Kebutuhan dasar /
pola kebiasaan sehari-hari
1. Makan
Sebelum masuk RS, makannya teratur
3x sehari dengan menu 4 sehat, semua jenis makanan disukai dan nafsu makan
baik.
2. Minum
Sebelum
masuk RS, klien minum kira-kira 8-10 gelas per hari (1500-2000 cc), semua jenis
minuman disukai.
Setelah masuk
RS, klien jaramgg minum hanya mengandalkan infuse saja.
3. Tidur
Sebelum
masuk RS, klien sering tidur siang 1 jam dan tidur malam 7 jam. Setelah klien masuk RS, tidak teratur, tapi
kayak ingin tidur terus.
4. Eliminasi
fekal / BAB
Sebeluum
masuk RS, klien BAB dengan frekwensi 1x sehari terutama pagi hari dengan
konsistensi lunak warna kuning. Setelah
masuk RS, klien jarang BAB, volumenya sedikit dengan konsistensi padat dengan
warna kuning padat.
5. Eliminasi
urin / BAK
Sebelum
masuk RS, BAK lancar
Setelahh
masuk RS, BAK lanca.r
6. Aktivitas
dan latihan
Sebelum
masuk RS, klien bekerja sebagai
seorang buruh, lama jam kerja tidak
tentu, olahraga jarang dilakukan begitu pun dengan rekreasi.
Setelah
masuk RS, klien hanya bisa tidur, sesekali bisa miring kanan atau miring kiri.
7. Personal
hygiene
Sebelum
masuk RS, klien mandi 1x sehari, cuci rambut 3x seminggu, rajin memotong kuku
dan berpenampilan rapi
Setelah
masuk RS, klien mandi 1x sehari itu pun dimandikan perawat, jarang bahkan tidak
pernah mencuci rambut, potong kuku dan
tidak berpenampilan rapi.
VII. Pemeriksaan fisik
Hari
senin tanggal 21 November 2005 jam 09.10
1. Keadaan
umum
Kehilangan
BB : klien mengalami penurunan BB ± 5kg
selama masuk RS
Kelemahan : klien masih tampak lemah dan letih
Perubahan mood:
kllien merasa tidak enak atau bergairah
selama di RS
Vital sign : TD :110/70 mmHg P :20 x / menit
N : 84 x / menit s : 36,5ºC
Tingkat kesadaran : tingkat
kesadaran klien baik (composmentis)
Ciri-ciri tubuh : klien terlihat kurus, bibir pucat,
ekstrimitas atas dan bawah pucat.
2. Head
to toe
Kulit
/ integument :
Kulit klien
kering / tidak lembab, tidak ada lesi, warna agak sedikit pucat, turgor kulit
(+), tidak ada edema pada ekstremitas, tapi pada daerah perut, suhu 36,5ºC.
Kepala
dan rambut
:
Muka simetris,
rambut berwarna hitam, kulit kepala kotor, tidak ada peradangan / massa /
pembengkakan dan nyeri tekan.
Kuku
:
Kuku klien
terlihat agak kotor dan sedikit pucat.
Mata
/ penglihatan:
Kedua pupil
isokhor, akomodasi bagus, refleks terhadap cahaya bagus, konjungtiva dan anemi,
sclera agak ikterus, fungsi penglihatan bagus dan tidak ada tanda-tanda radang.
Hidung
/ Penghiduan :
Idung simetris
kiri dan kanan, tidak ada peradangan, pendarahan, tidak ada cairan, btidak ada
poolip / sumbatan, tidak memasang O2
atau alat bantu pernafasan.
Telinga
/ Pendengaran :
Kedua telinga
simetris berada pada posisinya, tidak ada peradangan, perdarahan cairan,
pendengaran tajam.
Mulut
dan gigi :
Bibir terlihat
pucat, gusi dan lidah pun pucat, fungsi pengecapan kurang baik, tidak ada
peradangan, perdarahan, mulut dan gigi kotor, tidak ada gangguan menelan.
Leher
:
Tidak adanya
distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan kelenjar tiroid, mobilisasi leher normal.
Dada
: Bentuk
dada tidak simetris kiri dan
kanan, frekwensi jantung 84x per menit, frekwensi pernafasan 20 per menit,
bunyi nafas bronkovesikuler, bunyi jantung teratur, terlihat dan teraba ictus
cordis.
Abdomen
:
Bentuk
simetris, ada massa / cairan, ada peristaltic usus.
Perineum
dan genitalia :
Genitalia
kurang bersih, tidak ada peradangan,
pembengkakan dan pendarahan..
Ekstremitas atas dan
bawah :
Refleks (+),
tonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi (-) kekuatan otot 70 %.
3.
Pengkajian
Data Fokus (Pengkajian system)
·
Sistem respiratori :
Frekwensi nafas
normal 20 per menit, tidak ada keluhan
saraf, tidak ada batuk, mengunakan pernafasan dada.
·
Sistem Kardiovaskular
:
Tekanan drah
pada saat klien dikaji 110/70 mmHg, frekwensi jantung 84x per menit, nadi kuat,
kepala terasa agak pusing.
·
Sistem
gastrointestinal ;
Pada saat
klien dikaji pasien baru 1x BAB sejak
kemarin. Berampas, padat, mual, muntah
tidak ada, nyeri abdomen peristalicc usus lemak.
·
Sistem genitourinaria
:
Urin lancar
dengan warna teh pekat tidak dijumpai partikel-partikel darah atau yang
lainnya.
·
Sistem musculoskeletal
:
Refleks (+),
toonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi (-), kekuatan otot 70%, kelemahan
dan keletihan (+).
·
Sistem neurologi :
·
Hanya sedikit pusing
yang dirasakan oleh klien, kesadaran composmentis, kehilanga memori (-),
komunikasi lancar dan jelas, orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat baik, emosi dapat dikendalikan.
·
Sistem Penglihatan :
·
Kedua pupil isokhor, akomodasi bagus, refleks terhadap
cahaya bagus, konjungtiva tidak anemis, sclera ictorus, fungsi pengglihatan
bagus dan tidak ada tanda-tanda radang.
·
Sistem endokrin :
·
Riwayat DM (-) dan
riwayat makan berlebihan tidak ada.
·
Sistem pendengaran :
Kedua telinga simetris, berada pada posisinya,
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan, tidak ada cairan, pendengaran tajam.
4.
Pemeriksaan
Diagnostic
·
Hasi laboratorium
Protein total :4,59 gr/100ml (N=
5,0-8,0 g/dl) 9100%)
Albumin : 1,36 gr/100ml (N=3,5-5,0
g/dl) (58-74%)
Globulin : 3,2 gr/100ml (N=1,5-30
g/dl)
Bilirubin total : 2,56 mg/100ml (N=
0-1 mg/dl0
Bilirubin direct : 1,98 mg/100ml
(N= ≤ 0,25mg/dl)
SGOT = 57 u/→N = -♂
= 6-30 u/I
-♀
= 6-25 u/I
SGPT = 29 u/→N =- ♂
= 7-32 u/I
-♀ = 7-26 u/I
Alkali phosphatase = 198 u/I→N=
dewasa = 30- 110 u/I
Anak-anak = 30-300 u/I
Ureum = 68, 5 mg/100ml→N =20mg/dl
Kreatinin = 1,14 mg/100ml→N = 1,2
mg/dl
GDS =96→N= pa O2 75-100 mmHg
Pa CO2 35-45 mmHg
O2
CT 15%-23%
Sa O2 94%-100%
HCO3
22-26 m Eq/1
PH 7,36-7,42
5.
Penatalaksanaan
Medik
·
IVFD RI : Dex 0,5% =
Amifiren 28 tetes/menit
1 : 1 :
1
·
Cefotaxime 1
gr/12 jam
·
Ulcument 1 amp/8 jam
·
Tragesix 1 amp/8 jam
·
Dumazol 0,5 gr/8 jam
·
Dulcolax Supp II
PENGELOMPOKAN DATA
DS :
Ø keluarga klien mengatakan klien letih dan kurang tidur
Ø keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunan
berkemih
Ø Keluarga klien
mengatakan nafsu makan klien berkurang dan timbul mual/muntah
Ø Keluarga klien
mengatakan adanya nyeri abdomen kanan
Ø Keluarga klien mengatakan klien demam
DO :
Ø Klien tampak meringis
kesakitan
Ø Adanya penurunan haluan
urine
Ø Berat badan klien menurun
Ø Klien selalu memegang
abdomen kanan atas
Ø Suhu tubuh klien 38 C
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DS : - Klien mengeluh
nyeri
DO : - Klien tampak meringis
kesakitan
|
Bakteri Spontaneous
Keluarnya
eksudat fibrosa
Infeksi Peritonium
|
Nyeri abdomen
|
2
|
DS : - Klien
mengatakan
lemah
dan sering pusing
DO : - klien
tampak pucat
|
Aktivitas
peristaltic berkurang
Ileus Paralitik
Cairan
dan elektrolit ke
dalam lumes usus
|
Kekurangan volume cairan
|
3
4
|
DS : - klien
mengatakan
sering mual dan tidak
nafsu makan
DO : - klien
terlihat pucat
dan lemah
-porsi makan tidak
dihabiskan
DS : - klien
mengatakan
tidak paham tentang
penyakitnya
DO : - klien
mengatakan
belum pernah
mendapat informasi
tentang penyakitnya
|
Aktivitas
peristaltic berkurang
Ileus
Paralitik
Menstimulasi n.vagus
pada hipotalamus
Mual dan muntah
Perubahan status kesehatan
Kurang informasi
|
penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
|
MASALAH :
1.Klien mengalami letih,
kurang tidur, nyeri perut dengan aktivitas
2. Klien mengalami
penurunan berkemih
3.Klien Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
4. Klien
mengalami Kelemahan selama aktivitas perawatan diri
5. Klien
mengatakan Nyeri abdomen kanan atas
PRIORITAS DIAGNOSA
Ø Nyeri yang berhubungan
dengan abdomen
Ø nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
mencerna makanan
Ø Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif .
Ø Kurang pengetahuan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.U
No.Rm :
066605
Umur
: 20 Tahun Tgl Masuk : 21 Nov 2005
NO
|
DIAGNOSA
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Nyeri (akut) berhubungan dengan
abdomen
|
22 november 2005
Jam 08.00
Ø
Mengkaji
lokasi dan durasi nyeri, lokasi nyeri pada daerah abdomen kanan atas ,durasinya
1 menit
Jam 08.30
Ø Mengajarkan pada klien Teknik
relaksasi
Jam 09.00
Ø
Mengukur
tanda-tanda vital
Jam 09.30
Ø
Mengatur
posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan klien
Jam 10.00
Ø Memberi obat pada
Klien agar
Nyeri
Berkurang.
|
23 november 2005
S
:
Klien masih mengeluh nyeri pada
abdomen kanan
O :
-Klien tampak meringis
-klien gelisah
A :
masalah belum teratasi lanjutkan
intervensi
P :
- Kaji lokasi,durasi,
tingkat
intensitas nyeri klien setiap hari
-Ajarkan klien
Teknik relaksasi/
Retraksi setiap jam
08.30
-Observasi TTV pada klien setiap jam 09.0
-Atur posisi yang
nyaman sesuai
keinginan
klien setiap
saat
-Pemberian
obat pada
klien sesuai indikasi
|
2.
3.
4.
|
Kekurangan
volume cairan
(kehilangan
aktif) berhubungan
Dengan
perpindahan cairan dari
ekstraseluler,
intravaskuler dan area intestinal ke dalam usus atau area
peritonea
perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual/muntah.
Kurang pengetahuan tentang
kondisi
Penyakit berhubungan dengan
Kurangnya sumber informasi.
|
22 november
Jam 07.30
Ø
Mempertahankan
masukan dan
haluaran yang
akurat
Jam 08.00
Ø memberikan tindakan
kenyamanan punggung
dan nafas
dalam
Jam 08.30
Ø mengukur berat jenis
urine
Jam 09.00
Ø
mengobservasi
kulit/mukosa dan
mencatat
adanya edema.
Jam 10.00
Ø memanatau adanya
bising usus dan
mencatat bunyi yang
bunyi yang ada.
Jam 10.30
Ø Mengawasi haluan Ng dan mencatat adanya muntah
Jam 11.00
Ø Mengukur lingkar abdomen
Jam 11.40
Ø
menimbang
berat badan klien
12.00
Ø
mengkaji
abdomen
sesering mungkin agar
bising usus kembali
normal
jam 14.00
Ø Mengkaji pemahaman klien tentang penyakitnya
Jam 14.30
Ø Memberi penjelasan pada klien bahwa
penyakitnya dapat teratasi
Jam 15.00
Ø Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkap
perasaannya,sebaga.i perawat
siap mendengar perasaan klien
|
23 november 2005
S :
Ø Klien mengatkan adanya perbaikan cairan
O
:
Ø Haluaran urine klien normal dan tidak terdapat
turgor
A :
Ø Masalah tertasi
Ø Hentikan tindakan
P
: -
24 november 2005
S :
Ø Klien mengatakan tidak mual lagi
Ø Klien mengatakan nafsu makannya meningkat
O
:
Ø
Wajah klien
tampak cerah
Ø
Porsi makan
di habiskan
A
:
Ø
Maslah
tertasi
Ø Hentikan tindakan
P
: -
25 november 2005
S :
Klien
mengatakan sudah paham
dengan
penyakitnya
O :
Klien tidak bertanya lagi tentang
penyakitnya
A :
Ø
Masalah
teratasi
Ø
Hentikan tindakan
P : -
|
NO
|
DIAGNOSA
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Nyeri (akut) berhubungan dengan
abdomen
|
23 november 2005
Jam 08.00
Ø
Mengkaji
lokasi dan durasi nyeri, lokasi nyeri pada daerah abdomen kanan atas ,durasinya
1 menit
Jam 08.30
Ø Mengajarkan pada klien Teknik
relaksasi
Jam 09.00
Ø
Mengukur
tanda-tanda vital
Jam 09.30
Ø
Mengatur
posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan klien
Jam 10.00
Ø Memberi obat pada
Klien agar
Nyeri
Berkurang.
|
24 november
2005
S
:
-Klien sudah tidak nyeri lagi
-kliem mengatakan tidak demam lagi
O :
-wajah klien tampak cerah
-ttv normal
-klien tidak gelisah lagi
A :
-masalah teratasi
-hentikan tindakan
P : -
|
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan
membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala,
diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan
tanda-tanda umum inflamasi.
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial
Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi
intra abdomen,tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi
kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri
munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran
hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin
rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya
peritonitis dan abses.
Penggantian
cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis.
Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlah
besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal
dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.
B.
SARAN
Semoga
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran bagi
mahasiswa,khususnya mahasiswa keperawatan agar lebih mengetahui tentang proses
keperawatan pada kasus peritonitis dan dapat mengetahui tindakan terhadap klien
DAFTAR PUSTAKA
Ø Drs.H.Syaifudin,anatomi
dan fisiologi,EGC jakarta
Ø Jan.Tambayong,
patofisiologi,EGC jakarta
Ø Evelyn.C.Pearce.Anatomi
dan fisiologi paramedis sistem
pencernaan,Jakarta:Gramedia,Jakarta
Ø Dongues,Asuhan
Keperawatan edisi 8;Sistem pencernaan EGC
Ø Brunner & Suddart. 2002.Keperawatan Medikal Bedah 5, ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar