Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Peritonitis


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenaannyalah kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul PERITONITIS banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini tapi biarlah melalui makalah dapat berguna bagi kita semua.
Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak “ sesempurna apapun hasil karya manusia pasti ada kesalahannya juga.karena itu kami sangat memohon bantuan dari dosen-dosen,dan teman-taman yang mungkin sudah cukup berpengalaman baik itu dalam bentuk saran maupun kritik,karena sesungguhnya itu merupakan penyempurnaan dari makalah ini.








                                                           

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....................................  1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....................................   2
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A.    TINJAUAN DASAR MEDIS………………………………………….3
Ø  Defenisi
Ø  Etiologi
Ø  Tanda dan Gejala
Ø  Patofisiologi
Ø  Diagnostik
Ø  Penatalaksanaan Medis
BAB II
B.     TINJAUAN KEPERAWATAN……………………………………......8
Ø  Peritonitis
Ø  Dasar Data Pengkajian Pasien
Ø  Diagnosa Keperawatan (Dongues)
C.     TINJAUAN KASUS…………………………………………………...
BAB III
A.    KESIMPULAN………………………………………………………...
B.     SARAN………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................



BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A.    TINJAUAN MEDIS
v  DEFENISI
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.

v  ETIOLOGI                                  
 Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen,tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengansss atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau prses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn).

v  TANDA DAN GEJALA
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.





v  PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).

v  DIAGNOSTIK
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi.
jarum digunakan untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya terhadap berbagai antibiotika Pembedahan eksplorasi merupakan teknik diagnostik yang paling dapat dipercaya.
v  PENATALAKSANAAN MEDIS
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan.
Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.
PATOFISIOLOGI

    Bakteri Spontaneous

                       Keluarnya eksudat fibrosa

                                  Infeksi Peritonium                             Aktivitas peristaltic berkurang
 

                                                                                                     Ileus Paralitik
       
                                            Menstimulasi n.vagus
     Perubahan status              Cairan dan elektrolit                   pada hipotalamus
          kesehatan                    kedalam lumen usus

    Kurang informasi                                                                  Mual dan muntah









                                                                        BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
v  Peritonitis
Inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder ,akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas  peritoneal oleh bakteri atau kimia.Peritonitis primer tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar (contoh sirosis dengan/asites,sistem urinaris);sumber sekunder inflamasi dari saluran GI,ovarium /uterus,cedera traumatik atau kontaminasi bedah.Intervensi bedah mungkin kuratif pada lokasi peritonitis contoh apendiksitis/apendektomi,plikasi ulkus,dan reseksi usus.Bila peritonitis menyebar,perlu penatalaksanaan medik sebelum atau pada tempat tindakan bedah.

v  DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS /ISTIRAHAT
Gejala              : kelemahan
Tanda              : kesulitan  ambulasi
SIRKULASI
Tanda              : takikardia,berkeringat,pucat,hipotensi (tanda syok)edema jaringan
ELIMINASI      
Gejala              :ketidakmampuan defekasi dan platus.
                         Diare kadang-kadang
Tanda              : cegukan;distensi abdomen;abdomen diam penurunan haluaran urin,warna gelap penurunan /tak ada bising usus (ileus);bunyi kers hilang timbul,bising usus kasar (obstruksi);kekakuan abdomen,nyeri tekan
hiperesonan/timpani(ileus);hilang suara pekat di atas hati (udara bebas dalam abdomen)
MAKANAN /CAIRAN
Gejala              : anoreksia,mual /muntah;haus.
Tanda              : muntah proyektif.membran mukosa kering,lidah bengkak,turgor kulit buruk
NYERI /KENYAMANAN
Gejala              : nyeri abdomen tiba-tiba berat,umum ataulokal,menyebar ke bahu,terrus menerus oleh gerakan
Tanda              : distensi,kaku,nyeri tekan.otot tegang (abdomen);lutut fleksi,perilaku distraksi;gelisah;fokus pada diri sendiri
PERNAFASAN
Tanda              : pernafasan dangkal takipnea
KEAMANAN
Gejala              : riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis);infeksi pasca-melahirkan,abses tetroperitoneal





v Diagnosa keperawatan

1.      Kekurangan volume caiaran,(kehilangan aktif)berhubungan dengan perpindahan cairan dari ekstraseluler,intravaskuler ke dalam usus yang ditandai dengan muntah dan
Demam.
Ø  Hasil yang diharapkan : menunjukan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal,TTV stabil,membran mukosa lembab,turgor kulit baik dan berat badan dalam rentang normal.
Ø  Intervansi : pantau tanda vital,catat adanya hipotensi,takikardia,takipnea,demam.ukur
                     CVP bila ada.
Ø  Rasional    : membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/keefektifan penggantian
                     terapi cairan dan respons terhadap pengobatan.
Ø  Intervensi : pertahankan masukan dan haluaran yang akurat dan hubungkan dengan
                     berat badan harian.
Ø  Rasional    : menunjukan status hidarasi keseluruhan.keluaran urine mungkin menurun
                     pada hipovolemia dan penurunan perfusi ginjal,tetapi berat badan masih
                     meningkat,menunjukan edema jaringan/asites.
Ø  Intervensi : ukur berat jenis urine
Ø  Rasional    : menunjukan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal,yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut pada respons terhadap hipovolemia.
Ø  Intervensi : observasi kulit/membran mukosa untuk kekeringan,turgor,catat edema
                     perifer/sakral.
Ø  Rasional   : hipovolemia,perpindahan cairan,dan kekurangan nutrisi memperburuk
                    turgor kulit,menambah edma jaringan.
Ø  Intervensi : ubah posisi dengan sering,berikan perawatan kulit dengan sering,dan
                     pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Ø  Rasional   : jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.

2.      Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kimia peritonium perifer (toksin) dan trauma
Jaringan.
Ø  Krietteria yang diharapkan :-laporan nyeri hilang/terkontrol
          -menunjukan penggunaan keterampilan relaksasi,metodi
           lain untuk meningkatkan kenyamanan
Ø  Intervensi : selidiki laporan nyeri,catat lokasi,lama,intensitas (skala 0-10)dan
                     karakteristiknya (dangkal,tajam,konstan)
Ø  Rasional   : perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukan
                    terjadinya komplikasi.nyeri cenderung menjadi konstan.lebih hebat,dan
                   menyebar ke atas;nyeri dapat lokal bila terjadi abses.
Ø  Intervensi : pertahankan posisi semi-fowler sesuai indikasi
Ø  Rasional    : memudahkan drainase cairan/luka karena gravitasi dan membantu
                     meminimalkan nyeri karena gerakan.
Ø  Intervensi : berikan tindakan kenyamanan,contoh pijatan punggung,nafas dalam,latihan
                     relaksasi/visualisasi.
Ø  Rasional   : meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping
                    pasien dengan memfokuskan kembali perhatian.
Ø  Intervensi : berikan perawatan mulut dengan sering.hilangkan rangsangan lingkungan
                     yang tak menyenangkan.
Ø  Rasional    : menurunkan mual,muntah yang dapat meningkatkan tekanan/nyeri
                     Intraabdomen.
3.      Nutrisi,perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh,risiko tinggi berhubungan dengan mual/munta dan disfungsi usus.
Ø  Hasil yang diharapkan : -mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen
                                            Positif
Ø  Intervensi : awasi haluaran selang NG : catat adanya muntah/diare
Ø  Rasional    : jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah/diare diduga terjadi obstruksi
                     usus,memerlukan evaluasi lanjut.
Ø  Intervensi : auskultasi bising usus,catat bunyi tak ada/hiperaktif.
Ø  Rasional    : meskipun bising usus sering tak ada,inflamasi/iritasi usus,penurunan
                     absorpsi air dan diare.
Ø  Intervensi : ukur lingkar abdomen.
Ø  Rasional    : memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster/usus dan akumulasi
                     asites.
Ø  Intervensi : timbang berat badan dengan teratur
Ø  Rasional    : kehilangan/peningkatan dini menunjukan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada defisi nutrisi.
Ø  Intervensi : kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang
                     lembut,penampilan bising usus normal,dan kelancaran flatus.
Ø  Rasional   : menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk
                    memulai masukan per oral.
4.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar),tentang kondisi,prognosis,dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat dan salah interpretasi informasi yang ditandai dengan klien bertanya dan meminta informasi.
Ø  Hasil yang diharapkan : -menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
   -melakukan dengan benar,prosedur yang perlu dan menjelaskan
     alasan tindakan.
Ø  Intervensi : kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh
Ø  Rasional    : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat
s                     pilihan berdasarkan informasi.
Ø  Intervensi : anjurkan melakukan aktivitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi,dan
                     sediakan waktu untuk istirahat adekuat.
Ø  Rasional    : mencegah kelemahan,meningkatkan perasaan sehat.
Ø  Intervensi : kaji ulang pembatasan aktivitas contoh hindari mengangkat berat,konstipasi
Ø  Rasional    : menghindari peningkatan tekanan intraabdomen yang tidak perlu dan
                     tegangan otot.


Ø  Intervensi : lakukan penggantian balutan secara aseptik,perawatan luka.
Ø  Rasional    : menurunkan resiko kontaminasi dan memberikan kesempatan untuk
                     mengevaluasi proses penyembuhan.
Ø  Intervensi : identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik,contoh
                      berulangnya nyeri/distensi abdomen,muntah,demam,menggigil,atau
                      adanya drainase purulen,bengkak/eritema pada insisi bedah (bila ada).
Ø  Rasional    : pengenalan dini dan pengobatan terjadinya komplikasi dapat mencegah
                     penyakit/cedera serius.






















PENYIMPANGAN KDM DAN PATOFISIOLOGI

    Bakteri Spontaneous

                       Keluarnya eksudat fibrosa

                                  Infeksi Peritonium                             Aktivitas peristaltic berkurang

Nyeri
                                                                                                     Ileus Paralitik
       
                                            Menstimulasi n.vagus
     Perubahan status              Cairan dan elektrolit                   pada hipotalamus
          kesehatan                    kedalam lumen usus

Kekurangan volume cairan
    Kurang informasi                                                                  Mual dan muntah

Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit
 








TINJAUAN KASUS

Pengkajian Data Dasar
A.      Biodata

        No.RM                 : 066605
     TANGGAL                            : 21 November 2005
      TEMPAT                : ICU UNDATA PALU

DATA UMUM         

1.      IDENTITAS KLIEN

Nama                              : Tn.U                            
Tempat/tanggal lahir   : Towua 15 juni 1986
Status perkawinan       :  Belum menikah
Pendidikan terakhir      : SMK
Pekerjaan                       : Buruh bangunan
Alamat                           : Towua
Tgl masuk                                   : 17-11-2005

Gol darah                        : -            
Umur                             : 20 tahun
Jenis kelamin                : Laki-Laki
Agama                             : Islam
Suku                                 : Makasar
Lama bekerja                 : -
Ruangan                          : ICU UNDATA

2. PENANGGUNG JAWAB
Nama                                                  : Abd.Salam                            
Pendidikan terakhir                            : SMA
Hubungan dengan klien                      : Bapak /Ayah 
Alamat                                                : Palu selatan
Umur                                                   : 55 tahun
Pekerjaan                                            : Sopir




II Riwayat kesehatan saat ini
1.      Keluhan utama :
Pada saat dikaji pasien menyatakan nyeri pada daerah abdomen /perut
2.      Alasan masuk rumah sakit :
Nyeri pada daerah abdomen /perut yang di alami sejak lama dan diiringi / dibarengi pembengkakan pada daerah perut serta demam
3.      Riwayat penyakit
Provocative /palliative       :      -  Tidak diketahui apa yangmenyebabkan/penyebab
                                                     Dasar dari peritonitis diduga penyakitnya ileus
                                                     Obstruktis
Quality                                :    - Nyeri yang dirasakan pada skala 8 interval 1-10
Region                                 :    - kuadran kanan atas,bawah,menyebar ke kuadran
                                                   Kiri atas dan bawah
 Severity                              :   - Nyeri timbul mendadak dan sangat hebat
Timing                                  :   - Nyeri timbul tidak tentu waktu

 III. Riwayat kesehatan masa lalu
1.      Penyakit  yang pernah dialam

Saat kecil/kanak-kanak   :            Pada saat klien masih kanak-kanak sering
                                                      Demam.            
Penyebab                          :           Disebabkan karena penyakti yang bersifat
                                                     Injeksius,perubahan cuaca dan lain-lain.
  Riwayat perawatan             :            ketika klien merasa kurang enak badan / Demam hanya diberi kompres atau dengan Istirahat yang cukup,jika parah barulah Bawa ke RS
Riwayat operasi               :           klien tidak pernah operasi
  Riwayat pengobatan             :            ketika klien merasa kurang enak badan,Klien hanya   membeli obatyang dijual  bebas   Jika parah barulah dibawa ke dokter a gar Diberikan obat
2.      Riwayat alergi                        :           klien tidak ada riwayat alergi
3.      Riwayat imunisasi      :           klien pernah diimunisasi

IV.  Riwayat kesehatan keluarga
                        GENOGRAM
X
X
 











Keterangan :
Laki Laki
X
Meninggal Dunia
Perempuan
Klien




·         Generasi 1 :     Kakek dan Nenek atau ayah dan ibu dari ibu klien telah meningggal dunia, tidak ada riwayat penyakit sebelum meninggal (karena usia yang sudah tua atau ajal).
·         Generasi 2 : Kedua orang tua klien masih hidup, mereka tinggal serumah dengan tuan U beserta keempat adiknya.  Tidak ada riwayat penyakit apapun pada mereka berdua.
·         Generasi 3 : Tuan U/klien tinggal dengan kedua orang tua beserta keempat adiknya, baik ia maupun kluarganya tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab penyakitnya

V. Riwayat psiko-sosio-spiritual
      1.   Pola koping:
           Klien berusaha mencari alternative untuk mengurangi rasa nyeri  yang dirasakan  dengan mengambil  posisi yang nyaman atau menarik nafas dalam.
2.      Harapan klien tentang penyakitnya  :
Klien berharap penyakitnya tidak kambuh lagi dan  dapat sembuhh total.
     3.  Faktor stressor :
  Jika klien merasa cemas akan penyakitnya maka akan berdampak pada  nyerinnya
1.      Konsep diri :
Klien merasa cemas akan penyakitnya, klien takut akan kematian, merasa kuatir dengan pekerjaan,  keuangan dan merasa apakah orang-orang akan menerimanya setelah keluar nanti.
2.      Pengetahuan klien tentangg penyakitnya Klien menyadari bahwa penyakit yang dideritanya tidak bakalan sembuh, hanya dapat mencegah keparahan dari penyakitnya
3.      Adaptasi
Klien mampu beradaptasi dengan  lingkungan dan penyakitnya
4.      Hubungan keluarga dan masyarakat
Klien mempunyai hubunngan yang baik dengan keluarga dan mayarakat

5.      Bahasa yang sering digunakan
Klien yang menggunakan bahasa Indonesia, biasanya dicampur dengan bahasa Makassar dalam kehidupan sehari-harinya.
6.      Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara :
Perhatian klien terhadap lawan bicaranya baik (komunikatif dan berespons)
7.      Keadaan lingkungan:
Liingkungan sekitar klien  tinggal bersih,  karena mereka membagi diri dalam tugas / kerjaan di rumahh tangga, klien tingggal di lingkuungan yang tidak  kumuh.
8.      Aktivitas sosialnya:
Klien merupakan salah satu tulang  punggung keluarga, ia bekerja sebagai buruh bangunan.
9.      kegiatan keagamaan / pola ibadah:
Klien beragama Islam dan percaya kepada Allah SWT, keggiatankeagamaan yang dilakukan klien sebelum saat yakni shalat meskipun tidak teratur.  Setelah masuk RS kegiatan shalatnya hampir tidak sama sekali, klien hanya bisa berdoa dalam hati agar sembuh secepatnya.
                           
10.  Kegiatan tentang kesehatan
Klien menyadari bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan tetapi hanya diminimalkkan saja.











VI. Kebutuhan dasar / pola kebiasaan sehari-hari
1.      Makan
           Sebelum masuk RS, makannya teratur 3x sehari dengan menu 4 sehat, semua jenis makanan disukai dan nafsu makan baik.
2.      Minum
Sebelum masuk RS, klien minum kira-kira 8-10 gelas per hari (1500-2000 cc), semua jenis minuman disukai.
Setelah  masuk  RS, klien jaramgg minum hanya mengandalkan infuse saja.
3.      Tidur
Sebelum masuk RS, klien sering tidur siang 1 jam dan tidur malam 7 jam.  Setelah klien masuk RS, tidak teratur, tapi kayak ingin tidur terus.
4.      Eliminasi fekal / BAB
Sebeluum masuk RS, klien BAB dengan frekwensi 1x sehari terutama pagi hari dengan konsistensi lunak warna kuning.  Setelah masuk RS, klien jarang BAB, volumenya sedikit dengan konsistensi padat dengan warna kuning padat.
5.      Eliminasi urin / BAK
Sebelum masuk RS, BAK lancar
Setelahh masuk RS, BAK lanca.r
6.      Aktivitas dan  latihan
Sebelum masuk RS, klien bekerja sebagai  seorang  buruh, lama jam kerja tidak tentu, olahraga jarang dilakukan begitu pun dengan  rekreasi.
Setelah masuk RS, klien hanya bisa tidur, sesekali bisa miring kanan atau miring kiri.
7.      Personal hygiene
Sebelum masuk RS, klien mandi 1x sehari, cuci rambut 3x seminggu, rajin memotong kuku dan  berpenampilan rapi
Setelah masuk RS, klien mandi 1x sehari itu pun dimandikan perawat, jarang bahkan tidak pernah mencuci rambut, potong kuku  dan tidak berpenampilan rapi.

VII. Pemeriksaan fisik
Hari senin tanggal 21 November 2005 jam 09.10
1.      Keadaan umum
Kehilangan BB  : klien mengalami penurunan BB ± 5kg selama masuk RS
Kelemahan         : klien masih tampak lemah dan letih
Perubahan mood: kllien merasa tidak enak atau bergairah  selama di RS
Vital sign            : TD :110/70 mmHg                P :20 x / menit
N   : 84 x / menit                    s : 36,5ºC
                  Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran klien  baik (composmentis)
                 Ciri-ciri tubuh   : klien terlihat kurus, bibir pucat, ekstrimitas atas dan bawah pucat.
2.      Head to toe
Kulit / integument :
Kulit klien kering / tidak lembab, tidak ada lesi, warna agak sedikit pucat, turgor kulit (+), tidak ada edema pada ekstremitas, tapi pada daerah perut, suhu 36,5ºC.
Kepala dan  rambut :
Muka simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala kotor, tidak ada peradangan / massa / pembengkakan dan nyeri tekan.
Kuku :
Kuku klien terlihat agak kotor dan sedikit pucat.
Mata / penglihatan:
Kedua pupil isokhor, akomodasi bagus, refleks terhadap cahaya bagus, konjungtiva dan anemi, sclera agak ikterus, fungsi penglihatan bagus dan tidak ada tanda-tanda radang.
Hidung / Penghiduan :
Idung simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan, pendarahan, tidak ada cairan, btidak ada poolip / sumbatan, tidak memasang O2 atau alat bantu pernafasan.
Telinga / Pendengaran :
Kedua telinga simetris berada pada posisinya, tidak ada peradangan, perdarahan cairan, pendengaran tajam.
Mulut dan gigi :
Bibir terlihat pucat, gusi dan lidah pun pucat, fungsi pengecapan kurang baik, tidak ada peradangan, perdarahan, mulut dan gigi kotor, tidak ada gangguan menelan.
Leher :
Tidak adanya distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan  kelenjar tiroid, mobilisasi leher normal.
Dada : Bentuk  dada tidak simetris kiri  dan kanan, frekwensi jantung 84x per menit, frekwensi pernafasan 20 per menit, bunyi nafas bronkovesikuler, bunyi jantung teratur, terlihat dan teraba ictus cordis.
Abdomen :
Bentuk simetris, ada massa / cairan, ada peristaltic usus.
Perineum dan genitalia :
Genitalia kurang  bersih, tidak ada peradangan, pembengkakan dan  pendarahan..
Ekstremitas atas dan bawah :
Refleks (+), tonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi (-) kekuatan otot 70 %.

3.      Pengkajian Data Fokus (Pengkajian system)
·         Sistem respiratori :
Frekwensi nafas normal 20 per menit, tidak ada keluhan  saraf, tidak ada batuk, mengunakan pernafasan  dada.
·         Sistem Kardiovaskular :
Tekanan drah pada saat klien dikaji 110/70 mmHg, frekwensi jantung 84x per menit, nadi kuat, kepala terasa agak pusing.
·         Sistem gastrointestinal ;
Pada saat klien  dikaji pasien baru 1x BAB sejak kemarin.  Berampas, padat, mual, muntah tidak ada, nyeri abdomen peristalicc usus lemak.
·         Sistem genitourinaria :
Urin lancar dengan warna teh pekat tidak dijumpai partikel-partikel darah atau yang lainnya.
·         Sistem musculoskeletal :
Refleks (+), toonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi (-), kekuatan otot 70%, kelemahan dan keletihan (+).
·         Sistem neurologi :
·         Hanya sedikit pusing yang dirasakan oleh klien, kesadaran composmentis, kehilanga memori (-), komunikasi lancar dan  jelas, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, emosi dapat dikendalikan.
·         Sistem Penglihatan :
·         Kedua pupil  isokhor, akomodasi bagus, refleks terhadap cahaya bagus, konjungtiva tidak anemis, sclera ictorus, fungsi pengglihatan bagus dan tidak ada tanda-tanda radang.
·         Sistem endokrin :
·         Riwayat DM (-) dan riwayat makan berlebihan tidak ada.
·          Sistem pendengaran : 
 Kedua telinga simetris, berada pada posisinya, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan, tidak ada cairan, pendengaran  tajam.

4.      Pemeriksaan Diagnostic

·         Hasi laboratorium
            Protein total :4,59 gr/100ml (N= 5,0-8,0 g/dl) 9100%)
            Albumin : 1,36 gr/100ml (N=3,5-5,0 g/dl) (58-74%)
            Globulin : 3,2 gr/100ml (N=1,5-30 g/dl)
            Bilirubin total : 2,56 mg/100ml (N= 0-1 mg/dl0
            Bilirubin direct : 1,98 mg/100ml (N= ≤ 0,25mg/dl)
            SGOT = 57 u/→N = - = 6-30 u/I
                                              - = 6-25 u/I
            SGPT = 29 u/→N =- = 7-32 u/I
                                              -  = 7-26 u/I
           Alkali phosphatase = 198 u/I→N= dewasa = 30- 110 u/I
                                                                   Anak-anak = 30-300 u/I
           Ureum = 68, 5 mg/100ml→N =20mg/dl
           Kreatinin = 1,14 mg/100ml→N = 1,2 mg/dl
           GDS =96→N= pa O2      75-100 mmHg
          Pa CO2     35-45 mmHg
          O2 CT       15%-23%
          Sa O2        94%-100%
          HCO3        22-26 m Eq/1
          PH            7,36-7,42


5.      Penatalaksanaan Medik

·         IVFD RI : Dex 0,5% = Amifiren 28 tetes/menit
1 :          1       :         1
·         Cefotaxime      1 gr/12 jam
·         Ulcument         1 amp/8 jam
·         Tragesix           1 amp/8 jam
·         Dumazol          0,5 gr/8 jam
·         Dulcolax          Supp II




PENGELOMPOKAN  DATA

DS :
Ø   keluarga klien mengatakan  klien letih dan kurang tidur

Ø   keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunan berkemih
       
Ø  Keluarga klien mengatakan   nafsu makan klien berkurang  dan timbul mual/muntah

Ø  Keluarga klien mengatakan adanya nyeri abdomen kanan

Ø   Keluarga klien mengatakan klien demam


DO :
Ø  Klien tampak meringis kesakitan
Ø  Adanya penurunan haluan urine
Ø  Berat badan klien menurun
Ø  Klien selalu memegang abdomen kanan atas
Ø  Suhu tubuh klien 38 C





ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS : - Klien mengeluh nyeri

DO : - Klien tampak meringis
           kesakitan

    Bakteri Spontaneous
                    

Keluarnya eksudat fibrosa
                                   

     Infeksi Peritonium


Nyeri abdomen
2
DS  : - Klien mengatakan
        lemah dan sering pusing

DO  : - klien tampak pucat
Aktivitas peristaltic berkurang
                        
           
              Ileus Paralitik           
                                                       

Cairan dan elektrolit  ke
        dalam lumes usus
                       

Kekurangan volume cairan
3












4






DS  : - klien mengatakan
           sering mual dan tidak
           nafsu makan

DO  : - klien terlihat pucat
            dan lemah
          -porsi makan tidak
            dihabiskan
    



DS  : - klien mengatakan
           tidak paham tentang
           penyakitnya

DO  : - klien mengatakan
            belum pernah
            mendapat  informasi             
            tentang penyakitnya
Aktivitas peristaltic berkurang
                                           


             Ileus Paralitik   
                     

      Menstimulasi n.vagus
        pada hipotalamus
                     

        Mual dan muntah
                     
  Perubahan status kesehatan
 


         Kurang informasi        


penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan











Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit


 MASALAH :
1.Klien  mengalami letih, kurang tidur, nyeri perut dengan aktivitas
2. Klien mengalami penurunan berkemih
3.Klien  Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
4. Klien mengalami Kelemahan selama aktivitas perawatan diri
5. Klien mengatakan Nyeri abdomen kanan atas

PRIORITAS DIAGNOSA
Ø  Nyeri yang berhubungan dengan abdomen
Ø  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
mencerna makanan  
Ø  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif .
Ø  Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi








CATATAN PERKEMBANGAN

 Nama :      Tn.U                                                                                 No.Rm       : 066605
 Umur  :      20 Tahun                                                                           Tgl Masuk : 21 Nov 2005

NO

DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
EVALUASI

1.        

Nyeri (akut) berhubungan dengan abdomen





22 november 2005
Jam 08.00
Ø  Mengkaji lokasi dan durasi nyeri, lokasi nyeri pada daerah abdomen kanan atas ,durasinya 1 menit

Jam 08.30
Ø  Mengajarkan               pada klien Teknik relaksasi            

Jam 09.00
Ø  Mengukur tanda-tanda vital

Jam 09.30
Ø  Mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan klien

Jam 10.00
Ø  Memberi obat pada
Klien agar
Nyeri
Berkurang.





































23 november 2005

S  :

Klien masih mengeluh nyeri pada abdomen kanan



O :

-Klien tampak meringis
-klien gelisah


A :

masalah belum  teratasi lanjutkan intervensi

P :

- Kaji  lokasi,durasi,
tingkat intensitas nyeri klien setiap hari

-Ajarkan klien
Teknik relaksasi/
Retraksi setiap jam
08.30

-Observasi TTV pada klien setiap  jam 09.0

-Atur posisi yang
nyaman sesuai
keinginan klien setiap
saat

-Pemberian obat  pada klien sesuai indikasi



 

2.


























3.

























4. 
Kekurangan volume cairan
(kehilangan aktif) berhubungan
 Dengan  perpindahan cairan dari
ekstraseluler, intravaskuler dan area intestinal ke dalam usus atau area
peritonea























perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
 dengan mual/muntah.























Kurang pengetahuan tentang kondisi
 Penyakit berhubungan dengan
Kurangnya sumber informasi.
22 november
Jam 07.30
Ø  Mempertahankan masukan dan
             haluaran yang
              akurat


Jam 08.00
Ø  memberikan tindakan
kenyamanan punggung
dan nafas
dalam


Jam 08.30
Ø  mengukur berat jenis
urine


Jam 09.00
Ø  mengobservasi kulit/mukosa dan
              mencatat
          adanya edema.




Jam 10.00
Ø  memanatau adanya
bising usus dan
mencatat bunyi yang
               bunyi yang ada.

Jam 10.30
Ø  Mengawasi haluan Ng dan mencatat adanya muntah

Jam 11.00
Ø  Mengukur lingkar abdomen

Jam 11.40
Ø  menimbang berat badan klien



12.00
Ø  mengkaji abdomen
sesering mungkin agar
              bising usus  kembali       
              normal




jam 14.00
Ø  Mengkaji pemahaman klien tentang penyakitnya


Jam 14.30
Ø  Memberi penjelasan pada klien bahwa
penyakitnya dapat teratasi


Jam 15.00
Ø  Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkap perasaannya,sebaga.i perawat
siap mendengar perasaan klien


23 november 2005
S  :
Ø  Klien mengatkan adanya perbaikan cairan

O  :
Ø  Haluaran urine klien normal dan tidak terdapat turgor



A  :
Ø  Masalah tertasi
Ø  Hentikan tindakan

P  : -











24 november 2005
S  :
Ø  Klien mengatakan tidak mual lagi
Ø  Klien mengatakan nafsu makannya meningkat

O  :
Ø  Wajah klien tampak cerah
Ø  Porsi makan di habiskan





A  :
Ø  Maslah tertasi
Ø  Hentikan tindakan
P  : -




25 november 2005
S    :

Klien mengatakan sudah paham
dengan penyakitnya

O    :

Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya


A    :

Ø  Masalah teratasi
Ø  Hentikan tindakan

P    : -












NO
                  DIAGNOSA
        IMPLEMENTASI
             EVALUASI
1.
Nyeri (akut) berhubungan dengan abdomen











23  november 2005
Jam 08.00
Ø  Mengkaji lokasi dan durasi nyeri, lokasi nyeri pada daerah abdomen kanan atas ,durasinya 1 menit

Jam 08.30
Ø  Mengajarkan               pada klien Teknik relaksasi            

Jam 09.00
Ø  Mengukur tanda-tanda vital

Jam 09.30
Ø  Mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan klien

Jam 10.00
Ø  Memberi obat pada
Klien agar
Nyeri
Berkurang.

24  november 2005

S  :

-Klien sudah tidak nyeri lagi
-kliem mengatakan tidak demam lagi

O :

-wajah klien tampak cerah
-ttv normal
-klien tidak gelisah lagi

A :

-masalah teratasi
-hentikan tindakan



P : -

 









KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen,tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses.
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.

B.      SARAN
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran bagi mahasiswa,khususnya mahasiswa keperawatan agar lebih mengetahui tentang proses keperawatan pada kasus peritonitis dan dapat mengetahui tindakan terhadap klien




DAFTAR PUSTAKA

Ø Drs.H.Syaifudin,anatomi dan fisiologi,EGC jakarta
Ø Jan.Tambayong, patofisiologi,EGC jakarta
Ø Evelyn.C.Pearce.Anatomi dan fisiologi paramedis sistem
pencernaan,Jakarta:Gramedia,Jakarta
Ø Dongues,Asuhan Keperawatan edisi 8;Sistem pencernaan EGC
Ø Brunner & Suddart. 2002.Keperawatan Medikal Bedah 5, ECG




































































































































Tidak ada komentar: