Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Rabies


ASKEP RABIES

A.     Pengertian
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera.
B.     Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
          Virus rabies.
          Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
          Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
C.     Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.Meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.
D.     ManifestasiKlinis
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
E.      Pemeriksaan Fisik
          Palpasi :
Apakah ada kaku kuduk atau tidak?
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
          Auskultasi :
Adakah suara napas tambahan ?
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ?
Adakah bunyi tambahan ?
Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Peristaltik usus ?
          Perkusi :
Apakah ada distensi abdomen?
          Insfeksi :
Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ?
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ?
Apakah ada gangguan nervus cranial ?
F.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b.      Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c.       Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
d.      Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
e.       Uji laboratorium
          Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
          Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
          Panel elektrolit
          Skrining toksik dari serum dan urin
          GDA
          Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
          BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
          Elektrolit : K, Na
          Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
          Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
          Natrium ( N 135 – 144 meq/dl)
G.     Tindakan Pengobatan
            1.      Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
            2.      Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
            3.      Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
            4.      Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
            5.      Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

H.     Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
1.      Dokter hewan.
2.      Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
3.      Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.
4.      Para penjelajah gua kelelawar.
5.      Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.







KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RABIES

I.        PENGKAJIAN

Pengkajian mengenai:
a.       Status Pernafasan
          Peningkatan tingkat pernapasan
          Takikardi
          Suhu umumnya meningkat (37,9ยบ C)
          Menggigil
b.      Status Nutrisi
          kesulitan dalam menelan makanan
          berapa berat badan pasien
          mual dan muntah
          porsi makanan dihabiskan
          status gizi
c.       Status Neurosensori
          Adanya tanda-tanda inflamasi
          d.Keamanan
          kejang
          kelemahan
d.      Integritas Ego
          Klien merasa cemas
          Klien kurang paham tentang penyakitnya

Pengkajian Fisik Neurologik :

1.      Tanda – tanda vital
          Suhu
          Pernapasan
          Denyut jantung
          Tekanan darah
          Tekanan nad
2.      Hasil pemeriksaan kepala
          Fontanel : menonjol, rata, cekung
          Bentuk Umum Kepala
3.      Reaksi pupil
          Ukuran
          Reaksi terhadap cahaya
          Kesamaan respon
4.      Tingkat kesadaran
          Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
          Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
          Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5.      Afek
          Alam perasaan
          Labilitas
6.      Aktivitas kejang
          Jenis
          Lamanya
7.      Fungsi sensoris
          Reaksi terhadap nyeri
          Reaksi terhadap suhu
8.      Refleks
          Refleks tendo superfisial
          Reflek patologi


No
Diagnosa
Intervensi
Evaluasi

1
Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
a.    Obsevasi tanda- tanda vital pasien terutama respirasi.
b.    Beri pasien alat bantu pernafasan seperti O2.
c.    Beri posisi yang nyaman.
d.    Tanda vital merupakan acuan untuk melihat kondisi pasien.
e.    O2 membantu pasien dalam bernafas.
f.     posisi yang nyaman akan membantu pasien dalam bernafas.
-    pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas
-    pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.

2
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
a.    Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
b.    Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
c.    Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
d.    Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
e.    Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
f.     Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
g.    Ukur berat badan pasien setiap minggu.
-    Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.
-    Pasien bisa menelan dengan baik
-    Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
3
Demam berhubungan dengan viremia
a.    Kaji saat timbulnya demam
b.    Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
c.    Berikan kompres hangat
d.    Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
-    Suhu pasien normal (36-370C)
-    Pasien tidak mengeluh demam
4
Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
a.    Kaji tingkat kecemasan keluarga.
b.    Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
c.    Berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien.
d.    Untuk mengetahui tingkat cemas,dan mengambil cara apa yang akan digunakan
e.    informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi tingkat kecemasan keluarga.
f.     Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien.
-    Keluarga pasien tidak cemas lagi.
-    Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut membantu dalam pemberian pengobatan.
5
Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
a.    Identifikasi dan hindari faktor pencetus
b.    tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang tenang dan nyaman.
c.    anjurkan klien istirahat
d.    sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang.
e.    lindungi klien pada saat kejang dengan
f.     catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.
g.    sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang.
h.    observasi efek samping dan keefektifan obat.
i.      observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung.
j.      lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang
k.     kerja sama dengan tim
-    Pasien tidak mengalami cedera.
-    Pasien tidak mengalami kejang
6
Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
a.       Kaji tanda – tanda infeksi
b.       Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
c.        Ajarkan teknik aseptik pada pasien
d.       Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
e.        Lakukan perawatan luka yang steril.
-    Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti : kalor,dolor,tumor,dubor,dan fungsionalasia.
-    Luka pasien terjaga dan terawat.



Tidak ada komentar: