Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Limpogranuloma


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LIMFOGRANULOMA

      I.            TINJAUAN TEORITIS
A.   DEFINISI 
Limfogranuloma Venereum adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. 
B.     PENYEBAB
Bakteri Chlamydia trachomatis, yang merupakan bakteri yang hanya tumbuh di dalam sel. Chlamydia trachomatis penyebab limfogranuloma venereum berbeda dengan Chlamydia trachomatis lainnya yang menyebabkan uretritis danservisitis. 
C.     GEJALA 
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Padapenis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. 
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit di atasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak di atas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, 34lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. 
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum. 


D.    PATOGENESIS
Patogenesisi terjadinya limfogranuloma venereum menurut Perine dan Stamm, 1999, yaitu: Chlamydia tidak bisa menembus selaput lendir atau kulit yang utuh, organisma inikemungkinan dapat menembus melalui laserasi dan abrasi. LGV merupakan penyakit yang dominan terjadipada jaringan limfe. Prosespatologis yang penting adalah trombolimfangitis dan perilimfangitis dengan proses penyebaran inflamasi dari nodus limfatikus yang terinfeksi ke jaringan sekitarnya. Limfangitis ditandai oleh proliferasi sel endotelial lapisan kelenjar getah bening dan penghubung kelenjar getah bening di dalam nodus limfatikus. Tempat terjadinya primer infeksi pada saluran nodus limfatikus cepat memperbesar dan membentuk area kecil, yang dipisahkan dari jaringan yang nekrosis oleh sel endotelial yang rapat. Area yang nekrotik menarik leukosit polimorfonuklear dan membesar sehingga terbentuk suatu bangunan yang khas yang berbentuk segitiga atau bentuk segi empat yang lebih dikenal dengan ‘stellate abses Inflamasi nodus limfatikus yang berdekatan disertai dengan periadenitis, dan sebagai akibat dari perkembangan inflamasi, bisul bersatu dan ruptur, membentuk loculated abses, fistula-fistula, atau sinus-sinus. Proses inflamasi terjadi selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan yang berlangsung mengakibatkan fibrosis, yang akan menghancurkan struktur nodus limfatikus yang normal dan menyebabkab obstruksi pembuluh limfe. Edema kronis dan sklerosa fibrosis menyebabkan indurasi dan pembesaran bagian yang terpengaruh. Fibrosis juga berperan dalam menyediakandarah untuk membran mukosaatau kulit, dan terjadinya ulserasi. Pada rektum mengakibatkan pembinasaan dan ulserasi mukosa, inflamasi transmural pada dinding bowel, obstruksi saluran limfatik dan pembentukan fibrotik. Pembentukanadhesi yang menentukan bagian yang lebih rendah dari sigmoid dan rektum terhadap dinding daritulang panggul dan organ yang berdekatan.





E.     PENGOBATAN 
Pemberian doksisiklin, eritromisin atau tetrasiklin per-oral (melalui mulut) selama 3 minggu akan mempercepat penyembuhan. Setelah pengobatan, dilakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui bahwa infeksi telah sembuh. 

F.      PENCEGAHAN 
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia(tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).



    II.            ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Diagnosa dan Intervensi
1.      Nyeri b.d reaksi infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§  Mengenali faktor penyebab
§  Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
§  Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
§  Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
§  Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
§  Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
§  Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
§  Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
§  Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
§  Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
§  Berikan analgesik sesuai anjuran
§  Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
§  Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.





2.      Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§  Suhu dalam rentang normal
§  Nadi dan RR dalam rentang normal
§  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
§  Monitor vital sign
§  Monitor suhu minimal 2 jam
§  Monitor warna kulit
§  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
§  Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
§  Kompres klien pada lipat paha dan aksil
§  Berikan antipiretik bila perlu

3.      Cemas b.d penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§  Tidak ada tanda-tanda kecemasan
§  Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
§  Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat
§  Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
§  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)
§  Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
§  Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
§  Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
§  Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis


DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-PMS
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27/asuhan-keperawatan-klien-dengan-PMS


Tidak ada komentar: