ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LIMFOGRANULOMA
I.
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI
Limfogranuloma Venereum adalah suatu penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini
terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
B. PENYEBAB
Bakteri Chlamydia
trachomatis, yang merupakan bakteri yang hanya tumbuh di dalam
sel. Chlamydia trachomatis penyebab limfogranuloma venereum berbeda
dengan Chlamydia trachomatis lainnya yang
menyebabkan uretritis danservisitis.
C. GEJALA
Gejala
mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Padapenis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang
tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka
terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh
penderitanya.
Selanjutnya
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua
selangkangan. Kulit di atasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak
diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak di atas kelenjar
getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan,
34lalu akan membaik;
tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.
Gejala
lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan
berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan
keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung
lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi
pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan
parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.
D. PATOGENESIS
Patogenesisi terjadinya
limfogranuloma venereum menurut Perine dan Stamm, 1999, yaitu: Chlamydia tidak
bisa menembus selaput lendir atau kulit yang utuh, organisma inikemungkinan
dapat menembus melalui laserasi dan abrasi. LGV merupakan penyakit yang dominan
terjadipada jaringan limfe. Prosespatologis yang penting adalah
trombolimfangitis dan perilimfangitis dengan proses penyebaran inflamasi dari
nodus limfatikus yang terinfeksi ke jaringan sekitarnya. Limfangitis ditandai
oleh proliferasi sel endotelial lapisan kelenjar getah bening dan penghubung
kelenjar getah bening di dalam nodus limfatikus. Tempat terjadinya primer
infeksi pada saluran nodus limfatikus cepat memperbesar dan membentuk area
kecil, yang dipisahkan dari jaringan yang nekrosis oleh sel endotelial yang
rapat. Area yang nekrotik menarik leukosit polimorfonuklear dan membesar
sehingga terbentuk suatu bangunan yang khas yang berbentuk segitiga atau bentuk
segi empat yang lebih dikenal dengan ‘stellate abses Inflamasi nodus limfatikus
yang berdekatan disertai dengan periadenitis, dan sebagai akibat dari
perkembangan inflamasi, bisul bersatu dan ruptur, membentuk loculated abses,
fistula-fistula, atau sinus-sinus. Proses inflamasi terjadi selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan yang berlangsung mengakibatkan
fibrosis, yang akan menghancurkan struktur nodus limfatikus yang normal dan
menyebabkab obstruksi pembuluh limfe. Edema kronis dan sklerosa fibrosis
menyebabkan indurasi dan pembesaran bagian yang terpengaruh. Fibrosis juga
berperan dalam menyediakandarah untuk membran mukosaatau kulit, dan terjadinya
ulserasi. Pada rektum mengakibatkan pembinasaan dan ulserasi mukosa, inflamasi
transmural pada dinding bowel, obstruksi saluran limfatik dan pembentukan
fibrotik. Pembentukanadhesi yang menentukan bagian yang lebih rendah dari
sigmoid dan rektum terhadap dinding daritulang panggul dan organ yang
berdekatan.
E. PENGOBATAN
Pemberian
doksisiklin, eritromisin atau tetrasiklin per-oral (melalui mulut)
selama 3 minggu akan mempercepat penyembuhan. Setelah pengobatan, dilakukan
pemeriksaan rutin untuk mengetahui bahwa infeksi telah sembuh.
F.
PENCEGAHAN
Cara
yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini
adalah abstinensia(tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual
yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh
penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak
berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Diagnosa dan Intervensi
1.
Nyeri b.d reaksi infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§ Mengenali faktor penyebab
§ Menggunakan metode pencegahan non
analgetik untuk mengurangi nyeri
§ Menggunakan analgetik sesuai
kebutuhan
§ Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
§ Kaji secara komprehensif tentang
nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
§ Observasi isyarat-isyarat non verbal
dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
§ Gunakan komunikasi terapeutik agar
klien dapat mengekspresikan nyeri
§ Berikan dukungan terhadap klien dan
keluarga
§ Kontrol faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur
ruangan, penyinaran, dll)
§ Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
§ Berikan analgesik sesuai anjuran
§ Tingkatkan tidur atau istirahat yang
cukup
§ Evaluasi keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan.
2.
Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§ Suhu dalam rentang normal
§ Nadi dan RR dalam rentang normal
§ Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing
Intervensi:
§ Monitor vital sign
§ Monitor suhu minimal 2 jam
§ Monitor warna kulit
§ Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
§ Selimuti klien untuk mencegah
hilangnya panas tubuh
§ Kompres klien pada lipat paha dan
aksil
§ Berikan antipiretik bila perlu
3.
Cemas b.d penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
§ Tidak ada tanda-tanda kecemasan
§ Melaporkan penurunan durasi dan
episode cemas
§ Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur
adekuat
§ Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
§ Kaji tingkat kecemasan dan reaksi
fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)
§ Temani klien untuk mendukung
kecemasan dan rasa takut
§ Instruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi
§ Berikan pengobatan untuk menurunkan
cemas dengan cara yang tepat
§ Sediakan informasi aktual tentang
diagnosa, penanganan, dan prognosis
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-PMS
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27/asuhan-keperawatan-klien-dengan-PMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar