ASUHAN
KEPERAWATAN
PENYAKIT
CACING (FILARIASIS)
A.
DEFINISI
Filariasis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan
oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila
tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. ( Dedidwitagama,
2008 ).
Cacing filarial yang menimbulkan
filariasis memiliki tiga spesies, yaitu :
1.
Wucheria
Brancofti
2.
Brugia
Malayia
3.
Brugia
Timori
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit
gajah (filariasis) antara lain adalah: Berusaha menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1. Menutup ventilasi rumah dengan kasa
nyamuk / kawat nyamuk.
2. Menggunakan obat nyamuk semprot /
obat nyamuk bakar.
3. Mengoles kulit dengan obat anti
nyamuk.
4. Menggunakan kelambu bula sewaktu
akan tidur.
Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:
1.
Membersihkan
tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
2.
Menimbun.
3.
Mengeringkan
/ mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.
Membersihkan
semak-semak, got disekitar rumah.
5.
Mempelihara
ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.
Penatalakasanaan Medis
Secara massal dilakukan didaerah
endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime Citrate (DEC)
dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun, untuk mencegah
reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat untuk sekali
minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet ) ;
pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ; secara
individual/selektif ; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun
stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus. Dari dulu sampai
sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat
kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya
semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat
makro dan mikrofilarisidal, merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan
filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen fositif, atau deteksi USG
positif cacing dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21
hari) juga mampu menunjukkan efikasi yang baik.
Pada kasus yang masih bersifat
subklinis (hematuria, proteinuria, serta abnormalitas limfosintigrafi)
sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya
dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sedah mikrofilaremia negatif,
yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi
acuan obat utama.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim. Penggunaan DEC selama 12 tahun dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit yang ada ditubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albenidazole atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim. Penggunaan DEC selama 12 tahun dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit yang ada ditubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albenidazole atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam,
menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah. Keberhasilan
pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar didalam darah
serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang
dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang sudah mati. Reaksi hipersensitivitas
juga bisa terjadi akibat inflamasi dari lipoprotein lipolisakarida dari
organisme intraseluler Wolbachia, seperti yang disebutkan diatas. Selain DEC,
ivermectin juga memiliki efek samping yang serupa dengan gejala ini. Yang
penting selain pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada
masyarakat sekitar untuk memberantas nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti
pemberantasan demam berdarah. Selain itu beberapa tempat perlu juga dilakukan
pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan ke dalam garam dapur khusus untuk
masyarakat didaerah tersebut. Namun yang belakangan tidak terlalu popular di
Indonesia.
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN FILARIASIS
a)
Pengakajian

Jenis
infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing
filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung
larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari,
demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.

1. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi
aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya
massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi jantung).
2. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
3. Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan
perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi,
takut, menarik diri, marah.
4. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
5. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi,
kurang perawatan diri.
6. Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa
terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang
gerak.
8. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,
pelebaran kelenjar limfe.
9. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah
skrotalis
10. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan
oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga
diri rendah, menarik diri.

Menggunakan
sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid
test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat
telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk
mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae
wanita.
b) Diagnosa
keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan
pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan
perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu
berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
c) Intervensi
keperawatan
1)
Diagnosa
Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening , Hasil yang diharapkan : Suhu tubuh pasien dalam batas normal.
No. Intervensi Rasional
1. Berikan kompres pada daerah
frontalis dan axial
2. Monitor vital sign, terutama suhu
tubuh
3. Pantau suhu lingkungan dan
modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis
4. Anjurkan kien untuk banyak minum air
putih
5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat jika panas tinggi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi pengobatan (anti piretik).
Rasionalisai
:
1.
Mempengaruhi
pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang mengakibatkan
darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi
2.
Untuk
mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital
3.
Dapat
membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien.
4.
Diharapkan
keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi
5.
Dengan
pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapa
6.
Diharapkan
dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi
2)
Diagnosa
Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang
Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang
Intervensi :
1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.
2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan
dengan segera apabila ada nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik).
Rasional :
1.
Meningkatkan
relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.
2.
Menentukan
intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3.
Nyeri
berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjutan
4.
Diberikan
untuk menghilangkan nyeri.
3) Diagnosa keperawatan : Harga Diri
Rendah berhubungan dengan perubahan fisik
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan gambaran diri lebih
nyata
- Menunjukan beberapa penerimaan
diri daripada pandangan idealisme
- Mengakui diri sebagai individu
yang mempunyai tanggung jawab sendiri
Intervensi :
Intervensi :
1.
Akui
kenormalan perasaan
2.
Dengarkan
keluhan pasien dan tanggapan – tanggapannya mengenai keadaan yang dialami
3.
Perhatikan
perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau tudak
terlalu menpermasalahkan perubahan aktual
4.
Anjurkan
kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal (bercerita
tentang keluarga)
5.
Terima
keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu
6.
Berikan
informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika
pasien sudah berada pada fase menerima
7.
Kolaborasi
:
Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan
indikasi Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima
dan mengatasinya secara efektif.
Rasional
1.
Memberi
petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan
kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan
2.
Mengidentifikasi
tahap kehilangan / kebutuhan intervensi.
3.
Melihat
pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan
persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada
orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4.
Membina
suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
5.
Fokus
informasi harus diberikan pada kebutuhan – kebutuhan sekarang dan segera lebih
dulu, dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang.
6.
Mungkin
diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.
4) Diagnosa keperawatan : Mobilitas
fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan
perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas
Intervensi :
1.
Lakukan
Retang Pergerakan Sendi (RPS)
2.
Tingkatkan
tirah baring / duduk
3.
Berikan
lingkungan yang tenang
4.
Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi
5.
Evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas
Rasionalisi
1.
Meningkatkan
kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2.
Meningkatkan
istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan
3.
tirah
baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4.
Menetapkan
kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
5.
kelelahan
dan membantu keseimbangan
5. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit , Hasil yang
diharapkan : Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang.
Intervensi:
1.
Ubah
posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali).
2.
Gunakan
pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat tidur dan pada
waktu duduk di kursi.
3.
Periksa
permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin
4.
Anjurkan
pasien untuk melakukan rentang gerak.
5.
Kolaborasi
: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan mencegah terjadinya
dekubitus.
Rasionalisasai ;
1.
Mengurangi
resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan
aliran darah seluler.
2.
Tingkatkan
sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban.
3.
Kerusakan
kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah – daerah yang beresiko terinfeksi
dan nekrotik.
4.
Meningkatkan
sirkulasi, dan meningkatkan partisipasi pasien.
5.
Mungkin
membutuhkan perawatan profesional untuk masalah kulit yang dialami.
Kesimpulan
Filariasis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan
oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila
tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. ( Dedidwitagama,
2008 ).
Cacing filarial yang menimbulkan
filariasis memiliki tiga spesies, yaitu :
4.
Wucheria
Brancofti
5.
Brugia
Malayia
6.
Brugia
Timori
Tipe onset penyakit akut yang lain
adalah Dermato Lymphangio Adentis (DLA) yang sindrom dari gejala klinisnya
meliputi :
1.
Demam
tinggi
2.
Menggigil
3.
Myalgia
serta sakit kepala
4.
Terdapat
plak edema, vesikel, ulkus dan hyperpigmentasi
Seseorang
dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang
mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial
kecil (mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita yang mengandung
mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria.
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah: Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah: Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1.
Menggunakan kelambu bula sewaktu
akan tidur.
2.
Menutup ventilasi rumah dengan kasa
nyamuk / kawat nyamuk.
3.
Menggunakan obat nyamuk semprot /
obat nyamuk baker.
4.
Mengoles kulit dengan obat anti
nyamuk.
Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya
dengan:
1.
Membersihkan tanaman air pada
rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk
2.
Menimbun.
3.
Mengeringkan / mengalirkan genangan
air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.
Membersihkan semak-semak, got
disekitar rumah.
5.
Mempelihara ikan pemakan nyamuk
didalam kolam / bak mandi.
Secara
massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime
Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun,
untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat
untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet
) ; pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ;
secara individual/selektif; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini
maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.
Dari dulu sampai sekarang DEC
merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Efek
samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga
muntah.
ASUHAN KEPERAWATAN
TRIKOMONIASIS
A. DEFINISI
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat
bersifat akut atau konik
dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
B. ETIOLOGI
Penyebab trikomoniasis ialah yang pertama kali ditemukan oleh
DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-
18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak secara belah
pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7.5. Pada suhu 500C
akan mati dalam beberapa menit, tetepi pada suhu 00C dapat bertaan sampai 5
hari.
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu
T. tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup
dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.
C. INSIDENS
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga
melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan
pria.
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan
pria.
D.
PATOGENESIS
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan
pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-
rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian
dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subeptel
yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan urethra parasit
hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-
rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian
dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subeptel
yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan urethra parasit
hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.
E.
GEJALA KLINIS
Pada laki-laki yang diserang terutama urethra, kelenjar prostat,
kadang-
kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret urethra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang
halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada urethra, disuria, dan urin
keruh pada pagi hari.
kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret urethra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang
halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada urethra, disuria, dan urin
keruh pada pagi hari.
I.
Riwayat kesehatan
1.
Keluhan utama
·
Klien
dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada
vagina. Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk).
·
Rasa
sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang
dirasakan klien dengan trikomoniasis.
·
Keputihan
abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga.
Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis
hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.
·
Pasien
dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri
perut bagian bawah.
2. Tanda fisik :
·
Pada
pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis
diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry
cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning,
hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva.
·
Colpitis
macularis dan
keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara
sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90%
dan 62%. Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk.
Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat)
menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis
sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis
sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan
diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah.
·
Sebagian
besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi
trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang
lain. Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak
klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti
trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat
dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media
kultur
F.
DIAGNOSIS
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis,
karena
T.vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan
gejala/keluhan. Uetritis dan vaginitis apat disebabkan bermacam-macam sebab,
karena itu perlu
diagnosis etiologic untuk mengetahui penyebabnya. Untuk
mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya pemeriksaan
mikroskopik sediaan basah, dan sediaan hapus serta pembiakan. Sediaan basah
dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada
pembiakan dapat digunakan bermacam-macam perbenihan yang mengandung serum.
G.
PENGOBATAN
Pengobatan dapat
diberikan secara topical atau sistemik
Secara topical, dapat
berupa :
1.
Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidroge peroksia 1-2% dan
larutan asam laktat 4%.
2.
Bahan berupa supositoria,
bubuk yang berupa trikomoniasidal.
3.
Jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal.
Secara sistemik
(oral)
Obat yang sering
digunakan tergolong derivate nitromidazol seperti :
1.
Metronidazol : 3 x 500 mg per hari selama 7 hari.
Metronidazol memiliki efek trikomoniasid. Pada biakan Trichomoniasis vaginalis,
kadar Metronidazol 2.5µg/ml dapat menghancurkan 99% parasit dalam waktu 24
jam.
Metronidazol memiliki efek trikomoniasid. Pada biakan Trichomoniasis vaginalis,
kadar Metronidazol 2.5µg/ml dapat menghancurkan 99% parasit dalam waktu 24
jam.
2.
Nimorazol : dosis tunggal 2 gr
3.
Tinidazol : dosis tunggal 2 gr
Tinidazol memperlihatkan spectrum antimikroba yang sama dengan metronidazol.
Perbedaannya dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih panjang
sehingga dapat diberikan dosis tunggal per hari.
Tinidazol memperlihatkan spectrum antimikroba yang sama dengan metronidazol.
Perbedaannya dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih panjang
sehingga dapat diberikan dosis tunggal per hari.
4.
Omidazol : dosis tunggal 1.5 gr
Pada waktu pengobatan
perlu anjuran pada penderita :
1.
Pemeriksaan dan
pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi
“pingpong”.
2.
Jangan melakukan hubungan
seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh.
3.
Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan
transmisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar