Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

Askep Trikomoniasis


ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT CACING (FILARIASIS)

A.    DEFINISI
              Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. ( Dedidwitagama, 2008 ).
Cacing filarial yang menimbulkan filariasis memiliki tiga spesies, yaitu :
1.      Wucheria Brancofti
2.      Brugia Malayia
3.      Brugia Timori

Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah: Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1.    Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk / kawat nyamuk.
2.      Menggunakan obat nyamuk semprot / obat nyamuk bakar.
3.      Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
4.      Menggunakan kelambu bula sewaktu akan tidur.
Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:
1.    Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
2.     Menimbun.
3.    Mengeringkan / mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.    Membersihkan semak-semak, got disekitar rumah.
5.    Mempelihara ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.
Penatalakasanaan Medis
Secara massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet ) ; pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ; secara individual/selektif ; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus. Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan mikrofilarisidal, merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen fositif, atau deteksi USG positif cacing dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga mampu menunjukkan efikasi yang baik.
Pada kasus yang masih bersifat subklinis (hematuria, proteinuria, serta abnormalitas limfosintigrafi) sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sedah mikrofilaremia negatif, yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim. Penggunaan DEC selama 12 tahun dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit yang ada ditubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albenidazole atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar didalam darah serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang sudah mati. Reaksi hipersensitivitas juga bisa terjadi akibat inflamasi dari lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler Wolbachia, seperti yang disebutkan diatas. Selain DEC, ivermectin juga memiliki efek samping yang serupa dengan gejala ini. Yang penting selain pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada masyarakat sekitar untuk memberantas nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti pemberantasan demam berdarah. Selain itu beberapa tempat perlu juga dilakukan pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan ke dalam garam dapur khusus untuk masyarakat didaerah tersebut. Namun yang belakangan tidak terlalu popular di Indonesia.







B.     ASUHAN KEPERAWATAN FILARIASIS
a)        Pengakajian

*      Riwayat kesehatan
            Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.

*      Pemeriksaan fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
1.      Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi jantung).
2.      Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.
3.      Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
4.      Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.
5.      Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
6.      Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
7.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
8.      Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
9.      Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis



10.     Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.

*      Pemeriksaan diagnostik
              Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita.

b)     Diagnosa keperawatan

1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3.      Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4.      Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit

c)      Intervensi keperawatan
1)        Diagnosa Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening , Hasil yang diharapkan : Suhu tubuh pasien dalam batas normal.
No. Intervensi Rasional
1.      Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
2.      Monitor vital sign, terutama suhu tubuh
3.      Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis
4.      Anjurkan kien untuk banyak minum air putih
5.      Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi
6.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).
Rasionalisai :
1.      Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi
2.      Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital
3.      Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien.
4.      Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi
5.      Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapa
6.      Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi

2)   Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang

Intervensi :

1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.
2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik).
Rasional :
1.      Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.
2.      Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3.      Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjutan
4.      Diberikan untuk menghilangkan nyeri.

3)    Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan gambaran diri lebih nyata
- Menunjukan beberapa penerimaan diri daripada pandangan idealisme
- Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri

Intervensi :

1.      Akui kenormalan perasaan
2.      Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan – tanggapannya mengenai keadaan yang dialami
3.      Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan aktual
4.      Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal (bercerita tentang keluarga)
5.      Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu
6.      Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada pada fase menerima
7.      Kolaborasi :
Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif.





Rasional

1.      Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan
2.      Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi.
3.      Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4.      Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
5.      Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan – kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu, dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang.
6.      Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.

4)      Diagnosa keperawatan : Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas
            Intervensi :
1.    Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
2.    Tingkatkan tirah baring / duduk
3.    Berikan lingkungan yang tenang
4.    Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
5.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasionalisi
1.    Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2.    Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan
3.    tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4.    Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
5.    kelelahan dan membantu keseimbangan

5. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit , Hasil yang diharapkan : Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang.
Intervensi:
1.    Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali).
2.    Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat tidur dan pada waktu duduk di kursi.
3.    Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin
4.    Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak.
5.    Kolaborasi : Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan mencegah terjadinya dekubitus.


Rasionalisasai ;

1.      Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan aliran darah seluler.
2.      Tingkatkan sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban.
3.      Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah – daerah yang beresiko terinfeksi dan nekrotik.
4.      Meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan partisipasi pasien.
5.      Mungkin membutuhkan perawatan profesional untuk masalah kulit yang dialami.
Kesimpulan
              Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. ( Dedidwitagama, 2008 ).
Cacing filarial yang menimbulkan filariasis memiliki tiga spesies, yaitu :
4.      Wucheria Brancofti
5.      Brugia Malayia
6.      Brugia Timori
Tipe onset penyakit akut yang lain adalah Dermato Lymphangio Adentis (DLA) yang sindrom dari gejala klinisnya meliputi :
1.      Demam tinggi
2.      Menggigil
3.      Myalgia serta sakit kepala
4.      Terdapat plak edema, vesikel, ulkus dan hyperpigmentasi
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut  digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria.
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah: Berusaha menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1.    Menggunakan kelambu bula sewaktu akan tidur.
2.    Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk / kawat nyamuk.
3.    Menggunakan obat nyamuk semprot / obat nyamuk baker.
4.    Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.

 Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:
1.    Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk
2.     Menimbun.
3.    Mengeringkan / mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4.    Membersihkan semak-semak, got disekitar rumah.
5.    Mempelihara ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.

Secara massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet ) ; pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ; secara individual/selektif; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah.


















ASUHAN KEPERAWATAN
TRIKOMONIASIS

A.    DEFINISI
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau konik
dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

B.     ETIOLOGI
Penyebab trikomoniasis ialah yang pertama kali ditemukan oleh DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15- 18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.  Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7.5. Pada suhu 500C akan mati dalam beberapa menit, tetepi pada suhu 00C dapat bertaan sampai 5 hari.
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam kolon, yang pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.

C.     INSIDENS
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan
pria.
D. PATOGENESIS
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-
rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian
dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subeptel
yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan urethra parasit
hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.

E.   GEJALA KLINIS
Pada laki-laki yang diserang terutama urethra, kelenjar prostat, kadang-
kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret urethra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang
halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada urethra, disuria, dan urin
keruh pada pagi hari.

       I.            Riwayat kesehatan
1.      Keluhan utama

·         Klien dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada vagina.  Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk).
·         Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dengan trikomoniasis.
·         Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga.  Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.
·         Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah.

2.      Tanda fisik                              :

·         Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya  colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva.
·         Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%.  Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk. Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat) menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah.
·         Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang lain.  Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis.   Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah,  Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur

F.      DIAGNOSIS
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis, karena
T.vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan gejala/keluhan. Uetritis dan vaginitis apat disebabkan bermacam-macam sebab, karena itu perlu
diagnosis etiologic untuk mengetahui penyebabnya. Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, dan sediaan hapus serta pembiakan. Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada pembiakan dapat digunakan bermacam-macam perbenihan yang mengandung serum.

G.    PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara topical atau sistemik
Secara topical, dapat berupa :
1.      Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidroge peroksia 1-2% dan larutan asam laktat 4%.
2.       Bahan berupa supositoria, bubuk yang berupa trikomoniasidal.
3.      Jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal.

Secara sistemik (oral)
Obat yang sering digunakan tergolong derivate nitromidazol seperti :
1.      Metronidazol : 3 x 500 mg per hari selama 7 hari.
Metronidazol memiliki efek trikomoniasid. Pada biakan Trichomoniasis vaginalis,
kadar Metronidazol 2.5µg/ml dapat menghancurkan 99% parasit dalam waktu 24
jam.
2.      Nimorazol : dosis tunggal 2 gr
3.       Tinidazol : dosis tunggal 2 gr
Tinidazol memperlihatkan spectrum antimikroba yang sama dengan metronidazol.
Perbedaannya dengan metronidazol ialah masa paruhnya yang lebih panjang
sehingga dapat diberikan dosis tunggal per hari.
4.      Omidazol : dosis tunggal 1.5 gr

Pada waktu pengobatan perlu anjuran pada penderita :
1.       Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi “pingpong”.
2.       Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh.
3.      Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.


Tidak ada komentar: